
TIKTAK.ID – Pidato Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dalam webinar penghargaan Kalpataru pada Kamis (7/1/21) lalu, menjadi perhatian publik. Ketika itu, Mega mengkritik keras korupsi ekspor benur yang dilakukan mantan menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) dari Partai Gerindra, Edhy Prabowo.
Akan tetapi, Mega tidak menyinggung korupsi bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang dilakukan Menteri Sosial kader PDIP, Juliari P Batubara. Terkait kasus benur, Mega mengaku menyayangkan sumber daya alam Indonesia yang demikian berharga, namun justru diberikan ke pihak lain.
“Lautnya diobrak-abrik, yang namanya hanya karena masalah benur. Aduh, aku tuh kan lihat. Sudah halus, anak lobster kecil, paling besar segini, bening dia, nggak kelihatan. Saya sampai mikir, hanya karena uang kita berikan milik kita sendiri loh, sedih saya, sedih,” ucap Mega, seperti dilansir Sindonews.com.
Baca juga : Iwan Fals Ajak Netizen yang Komentari Blusukan Risma untuk Tobat
Merespons pidato Mega tersebut, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio, menilai hal itu wajar. Ia menyatakan jika Megawati menyinggung korupsi bansos, berarti sama saja menabur garam di atas luka sendiri, karena itu berkaitan dengan kader partainya.
“Ya ngapain dia menaburkan garam di luka sendiri. Kan pasti enggak mungkin juga,” terang pria yang akrab disapa Hensat itu, mengutip MNC Portal, Minggu (10/1/21).
Di sisi lain, Direktur Eksekutif KedaiKOPI ini menilai komunikasi politik Mega yang seperti itu justru malah mengingatkan publik mengenai korupsi bansos. Apalagi dua peristiwa korupsi tersebut berdekatan waktunya.
Baca juga : Fakta Seputar Tuduhan Blusukan Risma Rekayasa hingga Pemulung Gadungan
“Komunikasi politik Mega yang tidak menyinggung bansos sama sekali, malah bisa mengingatkan orang tentang bansos,” kata Hensat.
Hensat mengatakan, seharusnya Mega mengingatkan kader-kadernya soal korupsi bansos itu. Hal itu dapat menjadi pengingat agar kader-kader PDIP jangan bermain dengan korupsi.
“Mestinya dia bisa mengingatkan kader-kadernya enggak boleh korupsi, ditegaskan terus, diulang-ulang. Jangan malah menutup mata,” tutur Hensat.
Baca juga : Alasan Ketua APMI Laporkan Fadli Zon yang Nge-Like Konten Porno ke Polisi
Meski begitu, Hensat meyakini Mega pasti memiliki maksud yang sama agar kadernya tidak mengulang tindakan korupsi, baik menteri maupun para Kepala Daerah dari PDIP.
“Saya yakin Mega punya maksud lain untuk itu. Mudah-mudahan saja kasus Juliari ini tidak terulang lagi, baik di level menteri maupun di Kepala-kepala daerah asal PDIP lainnya yang juga banyak tertangkap tangan korupsi,” tegas Hensat.