TIKTAK.ID – Beberapa waktu terakhir, popularitas air fryer melonjak. Pasalnya, alat memasak air fryer digadang-gadang bisa memberikan kenikmatan gurih dan renyah setara gorengan, namun lebih minim lemak dan kalori ketimbang gorengan biasa.
Mengutip Healthline, air fryer merupakan alat dapur dengan tenaga listrik yang dapat digunakan untuk menggoreng bahan masakan dengan penggunaan minyak yang minim. Alat tersebut dapat digunakan untuk menggoreng daging, kentang, sampai kue kering.
Meski sama-sama bisa menghasilkan tampilan dan tekstur renyah pada masakan, cara kerja air fryer berbeda dengan penggorengan biasanya. Air fryer bekerja dengan mengedarkan udara panas di sekitar makanan, serta menghasilkan reaksi kimia yang dalam dunia kuliner dikenal sebagai efek Maillard.
Efek Maillard melibatkan asam amino dan gula, sehingga menyebabkan perubahan warna dan rasa makanan.
Air fryer hanya butuh satu sendok makan minyak untuk mendapat rasa dan tekstur yang sama dengan gorengan biasa yang menggunakan banyak minyak goreng.
Oleh karena itu, gorengan dari air fryer diklaim sebagai gorengan alternatif yang lebih sehat karena lebih minim lemak dan kalori. Contohnya, dada ayam yang digoreng dengan minyak banyak, mengandung lebih banyak lemak sekitar 30 persen daripada ayam panggang.
Sejumlah produsen air fryer menyebut alat memasak modern ini bisa mengurangi kandungan lemak gorengan sampai 75 persen.
Proses menggoreng makanan dengan minyak berlimpah juga dapat memicu timbulnya senyawa berbahaya akrilamida. Senyawa itu dapat terbentuk dalam makanan kaya karbohidrat yang dimasak dengan suhu tinggi.
International Agency for Research on Cancer menyatakan akrilamida adalah senyawa yang berpotensi memicu kanker ginjal, endometrium, dan ovarium.
Namun, menggoreng makanan dengan air fryer dapat menurunkan kadar akrilamida dari gorengan. Satu studi memaparkan, kandungan akrilamida dari gorengan air fryer lebih rendah 90 persen ketimbang gorengan biasa.
Meski begitu, ahli juga memperingatkan senyawa berbahaya lain masih bisa terbentuk selama memasak dengan menggunakan suhu tinggi, termasuk air fryer. Di antaranya aldehida, amina heterosiklik, dan hidrokarbon aromatik polisiklik, yang dapat meningkatkan risiko kanker (karsinogenik).
Ahli diet dari Cleveland Clinic Ariana Cucuzza, RD menjelaskan, mengonsumsi gorengan dari air fryer secara umum memang lebih baik karena kandungan kalori dan lemaknya lebih minim ketimbang gorengan biasa.
Tetapi Cucuzza mewanti-wanti agar konsumsi segala jenis gorengan tetap diminimalkan. Menurutnya, gorengan dari air fryer dan deep fried dimasak dengan suhu tinggi, sehingga masih memiliki risiko karsinogenik. Ia pun menyarankan agar mengonsumsi makanan yang dipanggang, dikukus, atau direbus ketimbang digoreng.