
TIKTAK.ID – Masa kepopuleran Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri dianggap telah habis. Peneliti di Institut Riset Indonesia (INSIS), Wildan Hakim mengatakan bahwa jika dilihat dari faktor usia dan tugas yang diemban Megawati sebagai Ketum Parpol, dia mampu mengelola PDIP dengan baik.
“Memimpin Parpol itu bukan pekerjaan yang ringan, lantaran dinamikanya kencang. Mulai dari mengelola citra Parpol, sampai turut campur dalam keputusan strategis Parpol supaya keberadaan atau eksistensinya tetap diakui oleh Parpol lain,” ujar Wildan, seperti dilansir Republika.co.id, Ahad (28/11/21).
Menurut Wildan, dengan nama besar Bung Karno dan pengalaman panjang politiknya, Megawati sudah terbukti mampu mengelola PDIP, sehingga dapat terus meraup suara besar di dua Pemilu terakhir. Meski begitu, dia menilai saat ini PDIP perlu mempersiapkan kader terbaiknya untuk menggantikan Megawati sebagai seorang politikus perempuan andal.
Baca juga : Lulus Diklatsar Banser, Erick Thohir Resmi Jadi Anggota Kehormatan
Untuk diketahui, sejumlah nama politikus perempuan dari PDIP memang sempat muncul di permukaan, seperti Puan Maharani, Rieke Dyah Pitaloka, hingga Tri Rismaharini. Akan tetapi, Wildan mengklaim bahwa Risma tidak akan dicalonkan sebagai Capres atau Cawapres oleh PDIP pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
“Untuk Risma, saya kira proyeksinya tidak sebagai Capres atau Cawapres karena statusnya telah terkunci sebagai kader PDIP,” ungkap dosen di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia tersebut.
Wildan malah menduga jika Risma sedang dipersiapkan untuk maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta.
Baca juga : Yusril Desak Jokowi Segera Bentuk Kementerian Legislasi Nasional, Kalau Tidak..
“Risma saya kira diproyeksikan untuk mengisi kandidat gubernur DKI Jakarta yang pada 2022 nanti bakal menggelar pemilihan gubernur (Pilgub),” imbuh Wildan.
Namun Wildan menganggap Risma masih belum mendapatkan Jokowi’s effect. Dia memaparkan, alasannya karena ada masalah mendasar di sana, yaitu karakter Risma dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berbeda.
“Risma mempunyai karakter yang cenderung temperamental, sedangkan Jokowi itu karakternya bisa marah tapi tetap kalem,” terang Wildan.
Baca juga : Pemerintah Siap Fasilitasi Dialog Antara Ulama Indonesia dan Afghanistan
Sebelumnya, Median sempat merilis hasil survei elektabilitas calon gubernur DKI Jakarta pada Senin (15/2/21). Mengutip CNN Indonesia, hasil survei itu menyatakan elektabilitas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan 42,5 persen. Dia pun ditempel ketat oleh Risma yang mempunyai elektabilitas sebesar 23,5 persen.