TIKTAK.ID – Pemerintah Bolivia pada Sabtu (13/3/21) mengumumkan penangkapan mantan “Presiden Sementara” Bolivia, Jeanine Añez.
Añez mengambil alih kekuasaan sementara pada November 2019 setelah mantan Pemimpin Bolivia, Evo Morales mengundurkan diri di bawah tekanan militer dan melarikan diri dari negara itu.
Media lokal El Deber melaporkan bahwa Añez ditemukan meringkuk di dalam kotak di bawah tempat tidurnya ketika dia ditangkap oleh polisi pada Sabtu dini hari (13/3/21).
Politisi itu ditahan sebagai bagian dari penggerebekan yang dilancarkan polisi di rumah kerabatnya di kota Trinidad, provinsi Beni, seperti yang dilaporkan Sputniknews.
Akibat operasi tersebut, polisi menahan 3 orang, termasuk putri politisi tersebut.
Televisi Bolivia juga menayangkan gambar penangkapan mantan Menteri Energi, Rodrigo Guzman dan mantan Menteri Kehakiman, Alvaro Coimbra.
Menurut pengajuan pengadilan yang dibagikan oleh outlet berita Bolivia Kawsachun News, Añez dan sembilan pejabat senior lainnya dari pemerintahannya didakwa dengan “terorisme, penghasutan, dan konspirasi”.
Pada Sabtu, polisi Bolivia memindahkan Jeanine Añez ke La Paz untuk bersaksi dalam penyelidikan kudeta yang pernah berlangsung.
Surat perintah penangkapan untuknya dikeluarkan sebagai bagian dari penyelidikan Jaksa Penuntut atas peristiwa di negara itu pada akhir Oktober-November 2019. Pada saat itu, demonstrasi populer berskala besar memaksa mantan Presiden Evo Morales untuk mengundurkan diri jika penuntut menganggap kudeta.
Añez sebelumnya melalui akun twitternya mengklaim bahwa apa yang menimpa dirinya sebagai “penganiayaan politik telah dimulai”.
Wakil Ketua Oposisi Senat, Jeanine Añez, memproklamirkan dirinya sendiri sebagai “Presiden Sementara” setelah Evo Morales mengundurkan diri sebagai presiden, bersama dengan sebagian besar menterinya, dan melarikan diri dari Bolivia pada November 2019, di bawah tekanan militer.
Oposisi Bolivia, yang dipimpin oleh Carlos Mesa, mengecam pelanggaran massal selama pemungutan suara Oktober 2019. Pada pemilu itu Morales menang telak, namun militer menuduhnya berbuat curang dan dipaksa untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Morales menyebut apa yang menimpa dirinya adalah sebuah kudeta.
Ketika kekuasaan di negara itu diambil oleh Añez, anggota partai Mas (Gerakan Menuju Sosialisme) menuduhnya bersekongkol dengan polisi dan tokoh militer untuk merekayasa penggulingan Evo Morales.
Jeanine Añez kemudian melepas jabatannya pada awal November. Gerakan untuk Sosialisme (MAS), yang merupakan partai pendukung Morales kembali memenangkan pemilihan umum dan menghantar Luis Arce ke kursi presiden pada 18 Oktober.
Morales memuji kemenangan Arce dengan mengatakan bahwa itu adalah “kemenangan besar rakyat Bolivia”. Morales kemudian kembali ke Bolivia pada November 2020.