
TIKTAK.ID – Menyoroti perkembagan politik saat ini, mantan Presiden Rusia dan kini Wakil Ketua Dewan Keamanan, Dmitry Medvedev men-tweet pada Selasa (22/2/22) bahwa Eropa akan membayar gas alam seharga 2.200 atau 31 juta rupiah per seribu meter kubik.
Pernyataan itu disampaikan setelah Jerman memerintahkan penghentian sertifikasi pipa gas Nord Stream 2.
“Kanselir Jerman Olaf Scholz memerintahkan untuk menghentikan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2. Nah, selamat datang di dunia baru, di mana orang Eropa akan segera membayar $2.200 per seribu meter kubik gas!” tulis Medvedev dalam posting Twitter dengan setengah ironis, seperti yang dilansir RT.
Sebelumnya pada hari yang sama, Kanselir Scholz mengatakan bahwa Pemerintah Jerman menghentikan proses sertifikasi selama berbulan-bulan dari proyek pipa Nord Stream 2 yang didukung Rusia mengingat kebuntuan saat ini antara Rusia dan Ukraina atas wilayah Donbass.
Pada Senin malam, Rusia secara resmi mengakui Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk di wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina, yang hal itu memicu kritik dari negara-negara Barat dan mengklaim bahwa Rusia berusaha untuk menyerang Ukraina secara tidak sah.
Kanselir Scholz mengatakan dia telah meminta Kementerian Ekonomi Jerman untuk memastikan sertifikasi pipa Nord Stream 2 tidak dapat dilakukan saat ini.
“Kedengarannya teknis, tetapi ini adalah langkah administratif yang diperlukan sehingga tidak ada sertifikasi pipa dan tanpa sertifikasi ini, Nord Stream 2 tidak dapat mulai beroperasi,” kata Kanselir.
Pipa 12-miliar dolar, yang mayoritas dimiliki oleh raksasa energi negara Rusia Gazprom mampu mengangkut 55 miliar meter kubik gas alam setiap tahun dari Rusia ke Jerman. Pipa itu bisa menjadi jawaban atas krisis energi Eropa saat ini dan membantu mengisi ulang fasilitas penyimpanan gas di benua itu, yang memiliki kurang dari 5 persen gas tersisa di dalamnya minggu lalu.
Namun, meskipun telah selesai pada September tahun lalu, pipa tersebut telah membentur tembok birokrasi Eropa, dan belum menghasilkan satu meter kubik pun dan sedang menunggu sertifikasi. AS, Inggris dan Ukraina, serta beberapa negara Eropa Timur lainnya, telah menyuarakan protes terhadap peluncuran pipa tersebut, dengan alasan bahwa itu akan memungkinkan Moskow untuk menggunakan pengaruh politiknya di Eropa.