TIKTAK.ID – Tel Aviv berulang kali menuduh program nuklir Iran bertujuan untuk membuat senjata nuklir, tuduhan yang dibantah keras oleh Teheran. Israel menegaskan tak akan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir dan berjanji akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan hal itu terjadi, tanpa merinci langkah-langkah tersebut.
Keputusan Israel akan bergantung pada bagaimana negosiasi nuklir Iran yang saat ini sedang dipertimbangkan untuk kembali dirundingkan.
Mantan Kepala Direktorat Intelijen Militer Israel (IDF), Amos Yadlin mengatakan dalam sebuah wawancara dengan radio 103FM bahwa Tel Aviv kemungkinan akan menghadapi pilihan sulit untuk mengambil tindakan terhadap Republik Islam, seperti yang dilansir dari Sputnik, Sabtu (6/11/21)
Dia menegaskan bahwa militer Israel memiliki cukup kemampuan untuk menyerang Iran dan melumpuhkan program nuklirnya, namun, dia menggarisbawahi bahwa tantangan terberat bukanlah memukul Teheran, tetapi apa yang akan terjadi setelahnya.
“Israel memiliki kemampuan militer untuk menyerang Iran, masalahnya bukan serangan itu tetapi apa yang terjadi setelahnya. Ada banyak pertimbangan di sini […] Serangan adalah langkah terakhir setelah semua strategi lain dilakukan.”
Yadlin tidak merinci dengan detail apa yang akan dihadapi Israel setelah serangan itu, tetapi Teheran telah berulang kali memperingatkan Tel Aviv bahwa setiap “kesalahan” yang dilakukannya dapat merugikan rezim Zionis itu.
Mantan Kepala Intelijen IDF itu mencatat bahwa kegagalan AS untuk mencapai kesepakatan dengan Iran agar keduanya kembali mematuhi Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA, juga dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran) akan memaksa Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett untuk menghadapi pilihan berat mengenai apa yang harus dia lakukan terhadap Teheran dan program nuklirnya.
AS secara sepihak telah keluar dan membatalkan perjajian JCPOA pada 2018, sehingga Iran membalas dengan membatalkan komitmennya pada perjanjian itu setahun kemudian. Sejak itu Iran meningkatkan pengayaan uraniumnya lebih dekat ke tingkat kelas militer, sambil bersikeras bahwa mereka tidak berusaha membuat nuklir dan hanya ingin AS mencabut sanksi dan kembali mematuhi perjanjian JCPOA.
Terlepas dari perubahan pemerintahan, Washington tidak terburu-buru untuk kembali ke kesepakatan. AS berupaya ikut ambil bagian dalam pembicaraan di Wina Mei ini, tetapi gagal mencapai titik temu dengan Teheran, yang menuntut agar sanksi dicabut untuk dapat melanjutkan negosiasi dan AS harus mematuhi perjanjian.
Baru-baru ini, kedua negara mengumumkan kesediaan mereka untuk kembali ke meja perundingan, dengan Iran menetapkan 29 November sebagai tanggal dimulainya babak baru pembicaraan.