TIKTAK.ID – Sedikitnya tiga orang tewas dan 41 lainnya luka-luka, setelah sebuah bom truk meledak pada Selasa (25/8/20), dalam serangan ke pasukan komando militer Afghanistan yang dilakukan kelompok Taliban, kata Kementerian Pertahanan. Serangan itu terjadi di tengah upaya pembicaraan damai antara kelompok Taliban dan pemerintahan Kabul dengan dukungan Amerika Serikat.
Kelompok Taliban melalui Twitter mengaku bertanggung jawab atas serangan bom truk ke pasukan komando Afghanistan di provinsi utara Balkh itu, tulis Reuters.
Kementerian Pertahanan mengatakan dua anggota pasukan komando tewas dan enam lainnya luka-luka, sedangkan satu korban lainnya adalah warga sipil.
Ledakan itu terjadi ketika delegasi Taliban mengunjungi Ibu Kota Pakistan untuk membahas proses perdamaian yang didukung oleh kesepakatan antara Taliban dan Amerika Serikat tentang penarikan pasukan. Sebagai imbalannya, pasukan koalisi mendapat jaminan keamanan Taliban dan janji untuk membuka pembicaraan pembagian kekuasaan dengan Pemerintah.
Namun terlepas dari kesepakatan yang dilihat banyak orang Afghanistan sebagai harapan terbaik untuk perdamaian sejak fase terakhir perang Afghanistan dimulai pada tahun 2001, tingkat kekerasan di negara itu tetap tinggi.
Para diplomat dan pejabat mengatakan bahwa kekerasan itu telah melemahkan kepercayaan yang dibutuhkan untuk pembicaraan damai antara pemerintahan Kabul dan Taliban.
Pemerintah telah berulang kali meminta gencatan senjata sebelum negosiasi dimulai di Ibu Kota Qatar, Doha, namun permintaan itu selalu ditolak Taliban.
Para diplomat mengatakan Pakistan, yang telah lama mempengaruhi berbagai faksi Afghanistan, termasuk Taliban, dalam beberapa bulan terakhir telah mendorong pengurangan tindak kekerasan.
Belum jelas masalah apa yang akan dibahas dalam pembicaraan antara Taliban dan Pakistan di Islamabad.
Pembicaraan damai antara pemerintahan Kabul dan Taliban hingga saat ini masih tersendat sebab Afghanistan masih belum memenuhi syarat yang diajukan Taliban untuk membebaskan 400 tahanan yang ditahan Pemerintah.
Afghanistan sebenarnya sudah setuju untuk membebaskan 400 tahanan yang disebut banyak negara sebagai tahanan kelas kakap. Namun Prancis dan Australia protes, karena di antara tahanan itu ada pelaku kekerasan yang menyebabkan tewasnya warga negara dua negara itu.
Pemerintah telah membebaskan 4.680 tahanan Taliban dari 5.000 yang dijanjikan, sementara kelompok bersenjata itu mengatakan pihaknya tetap pada kesepakatan dengan Amerika Serikat dengan membebaskan 1.000 tahanan pro-Pemerintah.