TIKTAK.ID – Kerusuhan terjadi di Afrika Selatan setelah pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan di sejumlah wilayah. Demonstran juga menjarah sejumlah pusat perbelanjaan pada Selasa (13/7/21). Demonstrasi ini dipicu rakyat yang frustasi dengan kemiskinan dan ketidaksetaraan yang terus memburuk di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Kerusuhan itu disebut sebagai kerusuhan terburuk di Afrika Selatan dalam beberapa tahun terakhir dengan lebih dari 30 orang meninggal dunia, dan jumlah itu diperkirakan masih akan terus meningkat, seperti yang dilaporkan Aljazeera, Selasa (13/7/21).
Perdana Menteri provinsi KwaZulu-Natal, Sihle Zikalala dalam siaran persnya pada Selasa pagi mengatakan banyak korban meninggal pada kerusuhan itu ketika menjarah makanan, peralatan listrik, minuman keras dan pakaian dari pusat ritel.
“Kejadian kemarin membawa banyak kesedihan. Jumlah orang yang meninggal di KwaZulu-Natal saja mencapai 26 orang. Banyak dari mereka meninggal karena terinjak-injak saat orang menjarah barang-barang,” kata Zikalala.
Perdana Menteri David Makhura mengatakan pada Senin malam ditemukan 10 jenazah orang yang meninggal karena terinjak-injak di pusat perbelanjaan Soweto, ketika penjarahan meluas ke provinsi Gauteng.
Sementara itu, para pejabat keamanan mengaku Pemerintah sedang bekerja untuk memastikan kekerasan dan penjarahan tidak meluas lebih jauh, namun mereka berhenti mengumumkan keadaan darurat.
“Tidak ada keadaan mendesak yang memberikan hak kepada siapa pun untuk menjarah, merusak dan melakukan apa yang mereka inginkan dan melanggar hukum,” kata Menteri Kepolisian Bheki Cele dalam konferensi pers.
Kekerasan dipicu oleh pemenjaraan mantan Presiden Jacob Zuma saat para pendukungnya turun ke jalan pekan lalu, tetapi situasinya telah berkembang menjadi kemarahan atas kemiskinan dan ketidaksetaraan yang terus-menerus di Afrika Selatan 27 tahun setelah berakhirnya kekuasaan apartheid.
Persoalan semakin pelik, ketika perekonomian terimbas pembatasan Covid-19 semakin memperburuk masalah.
Presiden Cyril Ramaphosa mengumumkan pada Senin malam bahwa dia mengirim pasukan untuk membantu polisi yang kewalahan menghentikan kerusuhan dan “memulihkan ketertiban”.
Pasukan mulai bergerak ke titik kerusuhan pada Selasa ketika polisi yang kalah jumlah tampaknya tidak berdaya untuk mencegah serangan dan penjarahan terhadap berbagai bisnis di provinsi Zuma, KwaZulu-Natal dan di provinsi Gauteng, di mana kota terbesar di negara itu, Johannesburg, berada.