TIKTAK.ID – Direktur Konfederasi Industri Denmark, Troels Ranis pada Kamis (16/6/2022) lalu memperingatkan bahwa Denmark bakal menghadapi krisis pasokan gas alam yang dapat menyebabkan lonjakan biaya produksi dalam negeri dan penutupan perusahaan.
“Jangan salah, kita berada dalam situasi yang sangat serius dan kita mungkin berakhir dalam krisis pasokan gas yang nyata. Dan itu berarti perusahaan yang tidak terlindungi berisiko akan ditutup total, dan itu bisa memakan biaya besar,” kata Ranis kepada penyiar Denmark DR, seperti yang dilansir Russia Today.
Dia mengacu pada apa yang disebut “perusahaan yang tidak dilindungi”, yang akan mendapati pasokan gas mereka terputus jika terjadi keadaan darurat di sistem gas Denmark. Menurut Badan Energi negara itu, sekitar 50 perusahaan masuk dalam daftar gas untuk tahun 2022-2023.
“Harga gas naik lagi secara signifikan, dan ini membuatnya jauh lebih mahal untuk diproduksi oleh perusahaan Denmark, dan pada akhirnya harga barang-barang menjadi lebih mahal –juga untuk Denmark,” lanjut Ranis.
Komentar tersebut disampaikan mengikuti lonjakan harga gas alam Eropa minggu lalu setelah Gazprom Rusia mengurangi pengiriman melalui pipa Nord Stream sebesar 60 persen. Perusahaan menyalahkan pengurangan tersebut pada pemasok peralatan Jerman Siemens Energy, yang gagal mengembalikan unit pompa gas ke stasiun kompresor tepat waktu. Jerman mengkritik keputusan itu sebagai sebuah keputusan politik.
Pasokan ke Finlandia, Polandia, Bulgaria, Orsted Denmark dan perusahaan Belanda GasTerra telah berhenti karena negara-negara tersebut menolak untuk membayar gas dalam mata uang Rubel.
Menurut DR, dengan penyimpanan sekitar 70 persen penuh, Denmark belum kehabisan bensin. Namun, dilaporkan pekan lalu bahwa kenaikan biaya energi telah memaksa beberapa negara Uni Eropa untuk mencelupkan ke dalam cadangan gas mereka, yang menyebabkan penurunan tingkat penyimpanan blok untuk pertama kalinya dalam dua bulan.
Rusia memaksa negara-negara yang menjatuhkan sanksi terhadap Moskow atau disebutnya sebagai “negara yang tidak bersahabat” untuk membayar gas alam Rusia dalam bentuk Rubel. Jika mereka “tetap ngotot” tak mau membayar gas Rusia dalam bentuk Rubel, maka Moskow akan memutus pasokan gas ke negara-negara tersebut.