TIKTAK.ID – Korban tewas akibat serangkaian ledakan di Guinea Ekuatorial, Afrika, pada Minggu (7/3/21) terus bertambah menjadi 98 orang, kata para pejabat setempat. Sementara 615 orang lainnya terluka, dengan 299 orang masih harus dirawat di rumah sakit.
Dilansir BBC, ledakan itu menghantam pangkalan militer di kota utama negara itu, Bata.
Para pejabat menyalahkan buruknya penyimpanan dinamit dan pembakaran tunggul milik petani yang berada di dekatnya.
Data jumlah korban tewas, diperbarui setelah sukarelawan pada Senin kemarin berusaha mencari mayat di antara reruntuhan puing, jumlah yang ada ternyata lebih dari tiga kali lipat perkiraan awal 31.
Tiga anak kecil ditemukan masih hidup dan dibawa ke rumah sakit.
Hampir semua bangunan dan rumah di kota mengalami “kerusakan besar”, kata Presiden Teodoro Obiang Nguema.
Dalam sebuah pernyataan, Presiden Obiang Nguema mengatakan ledakan itu disebabkan “oleh kelalaian satu unit yang bertugas menjaga dan melindungi simpanan dinamit dan bahan peledak” di pangkalan militer Nkoantoma.
Dia mengatakan pangkalan itu “terbakar karena petani di sebelah bangunan membersihkan lahan pertanian dengan membakarnya, sehingga menyebabkan ledakan”.
Presiden telah meminta bantuan internasional untuk menangani masalah itu.
Dalam serangkaian tweet, Kementerian Kesehatan meminta sukarelawan tenaga kesehatan untuk pergi ke Rumah Sakit Daerah Bata dan membutuhkan donor darah yang sangat mendesak. Kementerian tersebut mengatakan tim kesehatan mental juga dikerahkan untuk membantu para korban.
Beberapa rumah sakit kewalahan dengan jumlah pasien yang dirawat, seperti yang dilaporkan TV Pemerintah. Televisi itu menyiarkan gambar orang-orang terluka terbaring di lantai rumah sakit yang penuh sesak.
Video setelah ledakan menunjukkan pemandangan yang kacau dengan orang-orang yang tertekan melarikan diri saat asap melayang di atas area tersebut.
Seorang warga mengatakan kepada kantor berita AFP: “Kami belum tidur sepanjang malam. Rumah-rumah terbakar sepanjang malam dan kami terus mendengar ledakan kecil.”
Yang lain menggambarkan bagaimana pamannya menemukan mayat lima anggota keluarganya yang terbakar.
Satu-satunya partai oposisi, CPDS, menggambarkan ledakan itu sebagai “bencana kemanusiaan terbesar dalam sejarah Guinea Ekuatorial” dan meminta Spanyol, Prancis, dan Amerika Serikat untuk mengirim bantuan, termasuk tim penyelamat, staf medis, dan obat-obatan.
Menteri Luar Negeri Spanyol, Arancha Gonzalez dalam tweetnya pada Senin kemarin menulis bahwa Spanyol akan “melanjutkan dengan segera mengirimkan bantuan kemanusiaan”.