
TIKTAK.ID – Staf Konsulat Amerika di Chengdu, China, membersihkan untuk terakhir kalinya kantor mereka pada Minggu (26/7/20). Langkah ini dilakukan setelah Beijing memberi waktu penutupan Konsulat itu hingga Senin besok, sebagai rangkaian memburuknya hubungan China-Amerika.
Kerumunan kecil muncul di seberang jalan Konsulat yang dipenuhi pepohonan rimbun pada Minggu ini ketika sejumlah orang berkumpul bersama puluhan polisi untuk mengabadikan momen terakhir aktivitas di Konsulat itu, tulis Reuters.
Penutupan Konsulat di Houston dan Chengdu telah meningkatkan kemunduran tajam hubungan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini, yang terburuk dalam beberapa dekade di tengah perselisihan tentang perdagangan dan teknologi, pandemi Covid-19, klaim teritorial Tiongkok di Laut China Selatan, dan isu hak asasi manusia di Hong Kong.
China pada Jumat kemarin memerintahkan penutupan Konsulat AS di Chengdu, bagian barat daya Sichuan. Dengan tenggat waktu evakuasi pukul 10 pagi, waktu setempat pada Senin (27/7/20), menurut editor tabloid yang dikelola Pemerintah.
Sementara itu, di Houston pada Jumat lalu sekelompok pria ditemani oleh Pejabat Departemen Luar Negeri terlihat memaksa membuka pintu Konsulat China, tak lama setelah perintah penutupan berlaku untuk fasilitas yang oleh Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo disebut “pusat mata-mata dan pencurian kekayaan intelektual”.
Sebuah bus yang berada di tempat Konsulat Chengdu pada Sabtu keluar meninggalkan Konsulat pada Minggu pagi. Tidak jelas siapa atau apa yang ada di dalamnya. Sejak Jumat, staf terlihat datang dan pergi, termasuk setidaknya salah satunya dengan koper. Sebuah mobil Van pengangkut barang masuk dan keluar pada Sabtu dan Minggu.
“Tanggapan China adalah balasan timbal balik,” kata seorang warga lokal berusia 63 tahun yang hanya memberikan nama keluarganya, Yang. Situasi yang menurutnya “sangat disesalkan.”
Di akun polisi Chengdu di Weibo, mirip dengan Twitter, beberapa netizen meminta pihak berwenang bersikap lunak terhadap seorang pria yang menyalakan kembang api di luar Konsulat, Jumat lalu.
“Saya percaya negara kami sangat kuat, sehingga memiliki kemampuan untuk menanganinya dengan benar, dan memberi saya keamanan yang cukup,” kata seorang pekerja keuangan berusia 25 tahun yang bermarga Zhao ketika ia melewati Konsulat Amerika di Chengdu.