
TIKTAK.ID – Yaman Suryaman merupakan bapak tiga anak asal Garut, Jawa Barat yang berangkat ke Liverpool untuk melanjutkan gelar Strata-3 jurusan Manajemen Kebencanaan lewat beasiswa yang diterimanya dari LPDP 2015 selama empat tahun.
“Target saya adalah sekolah di Liverpool, dan impian saya bisa ke kota klub yang saya cintai. Kemudian ada calon supervisor saya di University of Liverpool yang meminta riset proposal saya. Ketika wawancara online, dia tanya kenapa mau kuliah di sana, saya jawab saya die hard fans Liverpool, dan saya diterima di sana,” ujar Yaman, seperti dilansir CNNIndonesia.com.
Ia menceritakan, masyarakat lokal ternyata tidak mudah untuk mendapatkan tiket nonton langsung Liverpool di Anfield jika tidak memiliki banyak uang. Ia menjelaskan, penduduk lokal harus memiliki “season ticket holder” yang harus diperjuangkan secara berebutan melalui online jauh-jauh hari sebelum musim baru dimulai. Sedangkan untuk wisatawan atau pelajar asing seperti Yaman, harus mengeluarkan uang sekitar Rp10 juta untuk membeli tiket VIP per pertandingan.
Kemudian Yaman mengakalinya dengan menyaksikan laga Liverpool di turnamen lokal melawan tim-tim kecil yang tidak terkenal dengan harga tiket yang jauh lebih murah, yakni sekitar Rp300 ribu-Rp400 ribu. Namun konsekuensinya, pemain-pemain yang tampil bukan pemain bintang The Reds.
Usai dua tahun menjalani kehidupan perkuliahan di Liverpool, Yaman bertemu warga lokal di Liverpool bernama Adam. Ternyata Adam juga penggemar Liverpool dan pernah tinggal di Indonesia selama enam tahun. Adam pun menyarankan Yaman untuk melamar menjadi steward disability melalui website.
Menurut Yaman, untuk menjadi steward disability di Anfield pun harus punya keahlian khusus, termasuk kemampuan pengamanan orang dengan disabilitas.
Pada tahapan wawancara, Yaman mendapatkan pertanyaan soal pengetahuan umum tentang tugas steward dalam menangani orang disabilitas, juga pelayanan terhadap penonton.
“Tidak mengerikan seperti ketika seleksi, tugas saya memastikan mereka nonton dengan aman dan nyaman. Saya berdiri di belakang mereka, dan kalau ada rusuh, tugas saya memastikan mereka keluar lapangan dan berada di tempat aman,” terangnya.
Dari pekerjaan itu, Yaman mendapatkan gaji 10 Poundsterling atau sekitar Rp200 ribu per jam saat pertandingan dan bebas pajak karena statusnya sebagai pelajar. Yaman bisa menghabiskan waktu tujuh jam dalam satu pertandingan, sehingga rata-rata bayaran yang diterimanya per laga Rp1,5 juta.