TIKTAK.ID

Main Menu

  • Home
  • Berita Unik
  • Nasional
  • Internasional
  • Selebriti
  • Olahraga
  • Teknologi
  • Tips & Tutorial
Sign in / Join

logo

TIKTAK.ID

  • Home
  • Berita Unik
  • Nasional
  • Internasional
  • Selebriti
  • Olahraga
  • Teknologi
  • Tips & Tutorial
Internasional
Home›Internasional›Kisah Haru dari Peru: Dihantui Ketakutan dan Putus Asa, Ibu dan Tiga Putrinya ini Rela Jalan Kaki 560 Kilometer ‘Jauhi’ Corona

Kisah Haru dari Peru: Dihantui Ketakutan dan Putus Asa, Ibu dan Tiga Putrinya ini Rela Jalan Kaki 560 Kilometer ‘Jauhi’ Corona

By William Putra Wijaya
19 Juni 2020
Kisah Haru dari Peru: Dihantui Ketakutan dan Putus Asa, Ibu dan Tiga Putrinya ini Rela Jalan Kaki 560 Kilometer 'Jauhi' Corona

TIKTAK.ID – Maria Tambo tak tahu harus berbuat apa lagi. Dia ketakutan dan putus asa. Ketiga anaknya kelaparan. Mau tidak mau mereka harus meninggalkan Ibu Kota Peru, Lima.

Dikutip dari CNN, Maria datang ke Ibu Kota dari sebuah desa terpencil di hutan hujan Amzaon bersama tiga putrinya demi sebuah cita-cita. Agar anak tertuanya, Amelie bisa menjadi orang pertama di keluarganya yang mengenyam pendidikan di universiitas.

Remaja berusia 17 tahun itu memenangkan beasiswa bergengsi untuk belajar di Lima’s Universidad Científica del Sur, dan keluarga itu memiliki impian besar. Mereka akan menyewa kamar kecil, dan Maria siap bekerja di restoran untuk biaya hidup mereka sehari-hari.

Namun ketika pandemi Covid-19 menghantam Peru, perekonomian negara itu goyah. Lebh dari 70 persen pekerja kehilangan pekerjaan mereka. Pemerintah memberlakukan karantina yang ketat, Maria kehilangan kesempatan kerjanya.

Setelah hampir dua bulan tanpa penghasilan, mereka mulai kehabisan uang untuk membayar sewa kamar dan makan. Ketika hal itu terjadi, Maria memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di wilayah Ucayali. Itu sekitar 560 kilometer dari Ibu Kota, kurang lebih seperti jarak antara Jakarta dan Tuban, Jawa Timur.

Dalam kondisi karantina, seluruh transportasi berhenti beroperasi, dan satu-satunya pilihan adalah dengan berjalan kaki. Maria mengambil keputusan sulit membawa anak-anaknya untuk berjalan kaki pulang.

“Saya tahu perjalanan ini berbahaya bagi anak-anak saya, tetapi saya tidak punya pilihan,” katanya. “Saya mati berusaha keluar dari sini atau mati kelaparan di kamarku.”

Maria dan putrinya meninggalkan Lima pada awal Mei lalu. Dia mengenakan sungkup muka dan menggendong bayinya, Melec di punggungnya bersama dengan ransel besar warna-warni yang ditaburi dengan hiasan hati kecil.

“Saya belum pernah meninggalkan rumah sejak Pemerintah mengumumkan karantina,” katanya. “Tapi saya sudah tak punya uang lagi.”

Sementara Amelie dan Yacira anaknya yang berusia tujuh tahun berjalan dengan susah payah di sisinya. Mereka berdua membawa barang-barang mereka sendiri. Boneka beruang merah muda tergantung di ransel Yacira.

Keluarga ini tidak sendirian. Ribuan warga Peru lainnya berada di jalan, putus asa untuk melarikan diri dari pandemi karena kehilangan pendapatannya.

Mereka harus melalui jalanan berdebu, rel kereta api dan jalan-jalan pedesaan yang gelap. Sebelum mencapai hutan hujan Amazon, Maria harus melewati wilayah Andes yang tinggi. Sebuah rute yang berbahaya bagi seorang wanita dengan tiga anaknya.

Maria terus berjalan di bawah terik matahari yang panas jam demi jam. Air dan makanannya terbatas, dia menangis sambil bernyanyi lembut untuk bayinya Melec.

“Tidak ada jalan, kamu harus membuat jalanmu sendiri,” gumamnya.

Pada hari ketiga, ketika mereka berjuang di udara tipis dekat Andes, 15.000 kaki di atas permukaan laut, sebuah truk berhenti untuk memberi mereka tumpangan ke kota berikutnya. Tak hanya itu, sopir itu juga berbagi makanannya dengan Maria dan anak-anaknya.

Itu merupakan waktu jeda yang singkat bagi kaki-kaki mereka untuk istirahat. “Tangan putriku berubah ungu,” katanya. “Kupikir dia tak akan berhasil.”

Perjalanan itu membutuhkan lebih dari sekadar ketahanan. Maria juga harus menavigasi pos pemeriksaan polisi yang dibuat untuk mencegah warga Lima, pusat virus Corona negara itu, menyebarkan virus ke wilayah pedesaan.

Terlepas dari aturan karantina yang ketat, Peru telah menjadi salah satu negara yang paling terpukul di dunia akibat pandemi Covid-19, dengan lebih dari 230.000 kasus yang terdiagnosis dan lebih dari 6.800 orang meninggal hingga saat ini.

Di San Ramon, sebelum Maria memasuki hutan, seorang petugas polisi menginterogasinya. “Kamu tidak bisa lewat di sini bersama anak-anakmu,” kata petugas itu. Maria bernegosiasi. “Saya hanya akan kembali ke pertanianku, di Chaparnaranja, saya sudah seminggu ini berjalan kaki dari Lima.”

Petugas itu tak percaya. Dia harus membuktikan kepada petugas bahwa dia berasal dari Lima, atau petugas tidak akan membiarkannya melanjutkan perjalanannya.

Ibu yang dihantam kelelahan itu tetap bertahan. Dia mengatakan harus melakukan apa yang harus dia lakukan untuk bertahan hidup. Virus itu tidak menakutkan seperti sekarat karena kelaparan.

Setelah tujuh hari dan malam, dan melalui 560 kilometer perjalanan, Maria dan anak-anaknya berhasil sampai ke provinsi asalnya, wilayah Ucayali, di mana penduduk asli Ashaninka juga tinggal.

Namun bukan berarti perjalanannya akan lebih mudah. Sampai di wilayah itu, Maria bersama anak-anaknya dilarang masuk karena virus.

“Apa yang akan terjadi jika orang yang terinfeksi masuk? Bagaimana kita melarikan diri?” kata salah satu pemimpin Ashaninka setempat. “Satu-satunya respirator yang kita miliki adalah udara. Pusat kesehatan kita tidak memiliki apa pun untuk melawan virus.”

Namun sudah kepalang basah, perjalanan tinggal satu langkah lagi, maka Maria bertekad untuk tetap melanjutkan perjalanan. Dia bernegosiasi dengan para pemimpin setempat, dan akhirnya diizinkan pulang -dengan syarat dia dan anak-anak harus melakukan karantina mandiri lebih dulu selama 14 hari.

Maria sepakat, pada malam harinya dia tiba di tempat tujuannya, rumahnya. Dia langsung disambut oleh anjing-anjing keluarganya yang berhamburan berlari mengerumuni hingga dia kewalahan.

Dia berlutut dan menangis, bersyukur kepada Tuhan karena telah mengantarkannya pulang, sementara anjing-anjing terus mengerumuni sambil mengibas-ngibaskan ekornya dan menyentuh lengan bayinya.

Ketika air matanya mengalir, suaminya, Kafet, dan ayah mertuanya muncul mendekat dari kegelapan.

Namun, ada jarak dalam suka cinta itu. Tidak ada yang bisa menyentuh. Tidak ada yang bisa saling peluk karena virus.

“Sangat sulit, kami sangat menderita,” kata Maria kepada mereka melalui air matanya.

“Saya tidak ingin kembali ke Lima lagi. Saya pikir saya akan mati di sana bersama gadis-gadisku.”

TagsBerita Dunia Hari IniCOVID-19Kisah HaruPandemi CoronaPeru

Related articles More from author

  • AS dan Taliban akan Bertemu untuk Pertama Kalinya
    Internasional

    AS dan Taliban akan Bertemu untuk Pertama Kalinya

    10 Oktober 2021
    By Bagas F Sinaga
  • Langkah Pyongyang Pamerkan Rudal Balistik Terbarunya, Membuat Korea Selatan Khawatir
    Internasional

    Langkah Pyongyang Pamerkan Rudal Balistik Terbarunya, Membuat Korea Selatan Khawatir

    13 Oktober 2020
    By Bagas F Sinaga
  • Apple Prediksi Serangan Malware jika UU Antimonopoli Disahkan
    Internasional

    Apple Prediksi Serangan Malware jika UU Antimonopoli Disahkan

    22 Januari 2022
    By William Putra Wijaya
  • Trump Terpaksa Nyerah, Transisi Kepemimpinan AS Akhirnya Dimulai
    Internasional

    Trump Terpaksa Nyerah, Transisi Kepemimpinan AS Akhirnya Dimulai

    26 November 2020
    By William Putra Wijaya
  • Antony Scaramucci
    Internasional

    Mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih Sebut Trump ‘Teroris Domestik’

    16 Januari 2021
    By Bagas F Sinaga
  • Waduh, Sudah Ada 3 Pimpinan Daerah di Jawa Barat yang Positif Corona
    Nasional

    Waduh, Sudah Ada 3 Pimpinan Daerah di Jawa Barat yang Positif Corona

    26 Maret 2020
    By Joni Sitohang

Leave a reply Batalkan balasan

Berita Menarik Lainnya

  • Izinkan Menteri Maju Pilpres, Jokowi: Tak Perlu Mundur Asalkan…
    Nasional

    Izinkan Menteri Maju Pilpres, Jokowi: Tak Perlu Mundur Asalkan…

  • Ini Anggaran Renovasi Stadion Piala Dunia U-17 2023
    Nasional

    Ini Anggaran Renovasi Stadion Piala Dunia U-17 2023

  • Polemik Hotel Berbintang untuk Isoman DPR, Habiburokhman: Kita Diperlakukan Seperti Binatang
    Nasional

    Polemik Hotel Berbintang untuk Isoman DPR, Habiburokhman: Kita Diperlakukan Seperti Binatang

  • Obat Alami untuk Gatal Akibat Gigitan Nyamuk
    Tips & Tutorial

    Obat Alami untuk Gatal Akibat Gigitan Nyamuk

  • Kim Seon Ho Ingin Perankan Karakter Chul San di 'Start-Up'
    Selebriti

    Kim Seon Ho Ingin Perankan Karakter Chul San di ‘Start-Up’

Berita Terbaru

  • 9 Mei 2025

    Sikapi Aspirasi, Prabowo Siap Temui Forum Purnawirawan TNI Soal Desakan Copot Gibran

  • 9 Mei 2025

    Sempat Ajukan Mundur, Hasan Nasbi Klaim Diminta Lanjutkan Jabat Kepala PCO

  • 9 Mei 2025

    Tak Lagi Dianggap Penyelenggara Negara, Petinggi BUMN Kini Dapat Dijerat UU Tipikor

  • 9 Mei 2025

    Dinilai ‘Mengerikan’, Worldcoin dan World ID Dibekukan Komdigi

  • 6 Mei 2025

    Huawei Rilis Ponsel Lipat Mate XT Ultimate di Indonesia, Harga Rp53 Juta

  • Popular Posts

  • PDIP Minta Anies Tidak Kompetisi Lawan Jokowi, Apa Maksudnya?

    PDIP Minta Anies Tidak Kompetisi Lawan Jokowi, Apa Maksudnya?

    By Joni Sitohang
    2 April 2020
  • TIKTAK.ID - Anggota Jundullah ANNAS Digrebek Densus 88

    Benarkah Terduga Teroris Cijagra Anggota Aktif Jundullah ANNAS

    By Adam Humain
    17 Oktober 2019
  • Amien Rais Janji Jewer Pemerintah

    Amien Rais ke Pemerintah: Kerja Gak Becus, Saya Jewer

    By Adam Humain
    30 Oktober 2019
  • Anggota DPR Positif Corona Meninggal Dunia, MPR Minta Jokowi Segera Lockdown Jakarta

    Anggota DPR Meninggal Karena Corona, MPR Minta Jokowi Segera Lockdown Jakarta

    By Joni Sitohang
    29 Maret 2020
  • Pengamat Politik Heran Neno Warisman Gak Nongol di Reuni 212

    Pengamat Politik Heran Neno Warisman Gak Nongol di Reuni 212

    By Johan Arif
    2 Desember 2019

Tips dan Fakta Menarik

Tips & Tutorial

Ahli Sarankan Konsumsi 1 Telur Per Hari untuk Atasi Stunting

TIKTAK.ID – Saat ini stunting masih mengintai anak-anak, khususnya mereka yang tumbuh di negara berkembang. Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan yang terjadi akibat kurangnya gizi kronis sejak masa kehamilan hingga ...
  • Benarkah-Susu-Bisa-Mempertahankan-Kepadatan-Tulang-Lansia

    Minum Susu Bisa Perkuat Tulang, Mitos atau Fakta?

    By Hendra Setiawan
    18 Januari 2021
  • Prosedur Memakai BPJS untuk Pemeriksaan Kesehatan Mental

    Prosedur Memakai BPJS untuk Pemeriksaan Kesehatan Mental

    By Hendra Setiawan
    28 Februari 2022
  • Kenali Tanda Orang Ingin Bunuh Diri dan Cara Mencegahnya

    Kenali Tanda Orang Ingin Bunuh Diri dan Cara Mencegahnya

    By Hendra Setiawan
    13 September 2021
  • Tips Saat Banjir

    Dikepung Banjir, Lakukan Sejumlah Hal ini Agar Terhindar dari Penyakit

    By Hendra Setiawan
    5 Januari 2020

Redaksi

  • Jalan Kebagusan III, Perum Nuansa Kebagusan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
  • 0812 4664 9215
  • Hubungi Kami

Kalender

Mei 2025
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031  
« Apr    
© Copyright 2019 TIKTAK.ID. All rights reserved.

Login

Welcome! Login in to your account
Lost your password?

Lost Password

Back to login