TIKTAK.ID – Serangkaian kerusuhan yang terjadi hampir bersamaan di sejumlah penjara di Ekuador pada Selasa (23/2/21) menyebabkan setidaknya 75 nyawa melayang. Pihak berwenang menduga kerusuhan itu dipicu oleh perebutan kekuasaan setelah tewasnya bos geng baru-baru ini.
Kerusuhan mematikan itu terjadi hampir secara bersamaan di tiga penjara besar di bagian kabupaten. Awalnya, layanan penjara Ekuador, SNAI melaporkan 62 orang korban tewas, namun kerusuhan terus berlanjut dan jumlah kematian meningkat menjadi 75 orang, seperti yang dilaporkan RTnews.
Pihak berwenang meyakini bahwa kerusuhan itu diatur oleh rival Los Choneros untuk menghabisi saingan mereka.
Direktur layanan penjara, Edmundo Moncayo menduga kerusuhan itu akibat perebutan kekuasaan antara kelompok geng yang kuat setelah tewasnya salah satu bos kelompok geng.
Sebelumnya, bos geng Los Choneros tewas terbunuh pada Desember tahun lalu. Ia tewas tak lama setelah menghirup udara bebas bersyarat. Kematiannya menyebabkan terjadinya perpecahan di internal geng yang rentan terjadinya persaingan.
Laporan polisi mengatakan bahwa sebelumnya dua senjata diselundupkan ke narapidana di penjara kota Pelabuhan Guayaquil oleh sipir penjara dan senjata itu kemungkinan digunakan untuk membunuh para pemimpin Los Choneros. Moncayo mengatakan bahwa pencarian senjata api di tahanan itu sendiri telah memicu kerusuhan yang mengakibatkan setidaknya 21 orang tewas.
Gejolak lain terjadi juga di Guataquil, provinsi Guayas yang merenggut 13 nyawa narapidana. Sedang kerusuhan di penjara di kota Cuenca dan Latacunga, menyebabkan 33 luka dan delapan orang tewas.
Seluruh korban tewas merupakan narapidana, namun ada beberapa sipir penjara dan polisi yang dilaporkan terluka setelah berjam-jam berusaha mengambil alih kendali penjara.
Sekitar 70 persen populasi penjara di Ekuador ditahan di tiga fasilitas yang terkena dampak kerusuhan.
Ekuador juga menurunkan militer mereka untuk membangun perimeter keamanan di sekitar penjara dengan keamanan maksimum di Cuenca.
Kerusuhan penjara mematikan relatif sering terjadi di Ekuador. Salah satunya terjadi pada Desember tahun lalu yang mengakibatkan 11 orang tewas. Namun, kerusuhan pada Selasa kemarin merupakan kerusuhan terbesar yang mengakibatkan lebih banyak korban dibanding dengan tahun sebelumnya.
Penjara di negara itu telah lama menghadapi kapasitas yang berlebih. Untuk mengatasi itu, baru-baru ini Ekuador mengurangi populasi penjara untuk menghindari penyebaran virus Covid-19 dengan melepas pelaku kejahatan ringan dengan pembebasan bersyarat, tapi hal itu tak sepenuhnya mengatasi masalah.
Populasi penjara saat ini mencapai sekitar 38.000, dengan kapasitas 29.000 tahanan.
SNAI mengatakan kekurangan sipir membuatnya semakin sulit untuk menanggapi situasi darurat seperti yang terjadi pada minggu ini.