TIKTAK.ID – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Boy Rafli Amar mengeklaim terdapat satu partai politik (parpol) baru yang disusupi oleh orang yang terafiliasi dengan jaringan teroris. Dia melanjutkan, untungnya partai tersebut tidak lolos sebagai peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
“Ada partai-partai baru tertentu yang diindikasikan calon-calon pengurusnya memiliki afiliasi ke jaringan teroris,” ujar Boy dalam acara “Dialog Kebangsaan Bersama Partai Politik Dalam Rangka Persiapan Pemilu 2024” yang digelar BNPT di The St Regis Hotel, Jakarta Selatan, pada Senin (13/3/23), seperti dilansir Republika.co.id.
Kemudian Boy mengatakan hanya terdapat satu parpol yang disusupi jaringan kelompok teroris. Namun dia enggan mengungkapkan nama partai tersebut. Eks Kadiv Humas Polri itu hanya memastikan kalau partai yang disinggungnya tidak lolos sebagai peserta Pemilu 2024.
Baca juga : Golkar Disebut Merapat ke KKIR, Duet Prabowo-Airlangga Maju Pilpres?
“Ada satu partai (yang disusupi), saya lihat daftar (partai peserta Pemilu 2024), partai itu tak masuk,” ucap Boy.
Menurut Boy, partai yang disusupi oleh jaringan teroris itu gagal ikut Pemilu lantaran tidak lolos dalam tahap verifikasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dia lantas menyatakan sebanyak 18 parpol nasional dan enam partai lokal Aceh yang lolos sebagai peserta Pemilu 2024, merupakan partai bersih dari jaringan teroris.
Meski begitu, Boy mengaku BNPT akan tetap mewaspadai orang-orang terafiliasi teroris yang ada di satu partai baru tersebut.
“Jangan sampai mereka malah membentuk partai baru, namun pengurusnya latar belakangnya kelompok intoleran, radikal, teroris,” terang Boy.
Baca juga : Ma’ruf Amin Minta Politik Identitas Tak Terulang di Pemilu 2024
Lebih lanjut, Boy menyebut kelompok teror memang mulai mengubah strategi, dari menggunakan peluru menjadi memakai kotak suara. Dia menjelaskan bahwa kelompok tersebut berupaya menjadi bagian dari Pemilu untuk mencapai tujuan akhirnya.
“Ada perubahan strategi dari bullet ke ballot, dari semula peluru ke kotak suara. Perubahan strategi ini adalah salah satu siasat jaringan-jaringan yang terafiliasi (teroris), termasuk kelompok intoleran untuk dapat menjadi bagian dalam pesta demokrasi, masuk ke dalam pesta demokrasi kita,” jelas Boy.
Boy menilai walaupun berupaya masuk ke dalam pesta demokrasi, tapi kelompok teror tersebut pada dasarnya tidak suka dengan Pemilu.
Baca juga : Surya Paloh Buka Suara Soal Sosok Cawapres Pendamping Anies Baswedan
Lebih dari itu, kata Boy, mereka menganggap hukum Indonesia adalah hukum kafir, dan negara Indonesia merupakan negara thogut. Tujuan mereka menjadi bagian dari parpol yakni mengganggu gelaran Pemilu 2024.