TIKTAK.ID – Belakangan ini fenomena tren mainan lato-lato menuai pro dan kontra di masyarakat. Di satu sisi, mainan lato-lato disambut baik lantaran dinilai mampu membuat anak-anak teralihkan dari “kecanduan” gadget. Akan tetapi, di sisi lain tren bermain lato-lato tampaknya mengganggu ketenangan umum, bahkan hingga membahayakan fisik anak.
Salah satunya seorang bocah di Kubu Raya, Kalimantan Barat, berinisial AN yang berusia 8 tahun harus menjalani operasi mata. AN mengalami luka pada bagian matanya akibat terkena serpihan pecahan bola lato-lato. Ketika itu, AN tengah bermain lato-lato dengan temannya. Menurut orang tuanya, bola dari lato-lato tersebut pecah dan masuk ke mata AN.
Untuk itu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, dr Siti Nadia Tarmizi mengimbau masyarakat, terutama orang tua, supaya selalu berhati-hati dalam menjaga anaknya saat bermain lato-lato.
Baca juga : Sandiaga Minta Ketemu Empat Mata ke Prabowo, Bahas Pilpres?
“Dengan adanya informasi mengenai permainan anak-anak, tentunya orang tua berhati-hati juga. (Serta) pihak sekolah turut mengedukasi anak-anak,” ujar dr Nadia, seperti dilansir detikcom.
Kemudian dr Nadia juga menyatakan bahwa sekolah perlu mengedukasi para siswanya soal permainan lato-lato, yang saat ini permainan tersebut banyak membuat resah masyarakat.
Mengutip Ravalli Republic, tujuan dari permainan lato-lato yakni memungkinkan dua bola saling beradu secepat mungkin dan sekeras mungkin. Hal itu yang membuat mainan tersebut dapat hancur dan pecah, bahkan serpihan pecahannya berpotensi melukai wajah seseorang.
Baca juga : Parpol Nonparlemen Gabung Koalisi Gerindra-PKB
Sementara itu, Anastasia Sari Dewi, seorang psikolog klinis dan founder pusat konsultasi Anastasia and Associate, menilai mainan lato-lato bisa mengganggu ketenangan umum dan membahayakan fisik. Tidak hanya itu, dia menganggap mainan lato-lato juga berisiko memicu terabaikannya fokus pada kegiatan penting seperti belajar dan bekerja, bila dimainkan dalam porsi terlalu banyak.
Sekadar informasi, lato-lato pernah populer di Amerika dengan sebutan clackers. Tapi karena permainan ini memakan korban, pada 1970-an permainan ini dilarang oleh pemerintah setempat. Pasalnya, clackers terbuat dari material kaca sehingga ketika pecah, pecahannya menyebar dan berpotensi melukai banyak orang di sekitar selain pemainnya sendiri.
Di Indonesia sendiri lato-lato memakai material kayu dan plastik sehingga lebih aman dibandingkan kaca. Meski begitu, potensi pecah akibat dibentur-benturkan tentu masih mungkin terjadi.