
TIKTAK.ID – Menteri Pertahanan Iran, Brigadir Jenderal Amir Hatami mengatakan negaranya mampu memproduksi 90 persen kebutuhan pertahanannya di dalam negeri, dan itu adalah pil pahit yang harus ditelan oleh Washington.
Jenderal Hatami mengatakan Iran telah mengembangkan kemampuan tersebut lewat upaya swasembada.
“Ketika kami mendapat sanksi selama era Pertahanan Suci (delapan tahun perang yang diberlakukan Irak terhadap Iran pada 1980-an), kami mengadopsi sebuah strategi dan menyadari pentingnya kemandirian mengingat penolakan [negara lain] untuk menjual senjata kepada kami,” kata Menteri Pertahanan dalam wawancara yang disiarkan televisi pada Minggu malam.
“Kita perlu mengandalkan diri kita sendiri untuk menjaga keutuhan wilayah negara,” tegasnya.
Hatami menggarisbawahi bahwa sanksi AS ternyata menjadi kesempatan bagi Iran untuk lebih mandiri.
“Tekanan dan sanksi yang dijatuhkan kepada kami oleh AS selama bertahun-tahun membuat kami bergerak, sedemikian rupa sehingga kami sekarang dapat memproduksi dan menyediakan 90 persen kebutuhan pertahanan kami di dalam negeri,” katanya.
Jenderal Hatami mengatakan kemampuan pertahanan Iran saat ini adalah pil pahit yang harus ditelan Washington.
“Sangat sulit bagi Amerika untuk melihat Iran telah mengembangkan kemampuan seperti itu,” lanjutnya.
Komandan Senior itu mengatakan Gedung Putih telah mencoba segala cara untuk mencabut hak-hak sah Iran.
Dia menggarisbawahi bahwa AS telah berusaha selama setahun terakhir untuk memperpanjang embargo senjata PBB terhadap Iran, yang berakhir pada 18 Oktober 2020.
“Amerika meminta Dewan Keamanan PBB berulang kali untuk mempertahankan pembatasan atau memberlakukan pembatasan baru, tetapi mereka justru dikucilkan,” kata Menteri Pertahanan.
“Saat ini, semua larangan penjualan senjata dicabut dan kami berhak untuk mendapatkan apa pun yang kami butuhkan di dunia secara legal dan sesuai dengan persetujuan Dewan Keamanan PBB, dan kami juga dapat memberikan apa yang mereka butuhkan kepada negara lain,” ujarnya.
Hatami mengatakan meskipun AS dan sekutunya yang memproduksi senjatanya hanya memikirkan keuntungan, Iran akan menjual senjata hanya kepada mereka yang tidak menyalahgunakannya, terutama mereka yang dibenci oleh AS.
“Banyak negara telah berbicara dengan kami; Kami sudah melakukan negosiasi dengan beberapa negara, dan dengan alasan siap total untuk pertukaran [senjata], baik untuk menjual [senjata ke negara lain] maupun untuk memasok kebutuhan tertentu [membeli senjata],” katanya.
“Tentu saja penjualan kami akan jauh lebih ekstensif [daripada pembelian kami],” tambahnya.
Jenderal Hatami mengatakan semua negara memiliki hak untuk mempertahankan integritas teritorial mereka, dan Iran akan menjadi aktor yang baik dan sukses dalam hal ini karena berupaya untuk menjaga perdamaian.
Dia mengatakan tujuan Iran adalah pertama menjadi mandiri dan kuat dalam hal kemampuan pertahanan, dan kedua untuk mendukung negara-negara yang berusaha mempertahankan kedaulatan mereka.
Sementara itu, ia memberikan jaminan kepada negara-negara Kawasan bahwa Republik Islam menginginkan perdamaian, stabilitas, dan keamanan Kawasan dan dunia. Ini adalah kebijakan pertahanan yang jelas dari Republik Islam Iran.
“Anda tidak dapat menemukan tindakan apa pun yang bertentangan dengan kebijakan ini dalam empat dekade terakhir…. Di mana pun kami mengambil tindakan, itu dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian, membantu membangun keamanan dan stabilitas di Kawasan. Kami dengan jujur menunjukkannya ke seluruh dunia dalam rangka perang melawan teroris yang dilatih oleh Amerika,” pungkas Hatami.