TIKTAK.ID – Pengamat top MotoGP, Carlo Pernat tidak segan-segan mengecam Honda. Kecaman tersebut menyusul hasil mengecewakan yang diperoleh di balapan MotoGP Ceko, akhir pekan lalu.
Pabrikan asal Jepang itu pun terbukti kesulitan tanpa Marc Marquez. Rider Spanyol tersebut memang sedang dibekap akibat cedera tulang lengan. Ia pun terpaksa absen sejak seri kedua di Andalusia dan baru diprediksi kembali bertanding di Misano, September mendatang.
Kemudian pada balapan ketiga di Brno, Minggu (9/8/20), rider KTM Brad Binder secara mengejutkan tampil sebagai juara. Franco Morbidelli (Petronas Yamaha SRT), Johan Zarco (Esponsorama Racing) melengkapi podium, dan Takaaki Nakagami menjadi pebalap Honda yang meraih hasil terbaik usai finis kedelapan, disusul pebalap veteran Cal Crutchlow di posisi 13.
Namun pembalap pabrikannya justru remuk redam. Diketahui Alex Marquez justru finis ke-15 dengan raihan satu poin. Sementara Stefan Bradl, pembalap penguji Repsol Honda yang diplot menggantikan Marquez, mencapai finis lebih buruk, yakni berada di posisi 18.
Pernat menjelaskan, kemenangan KTM itu dipengaruhi oleh kesalahan Honda karena melepas Dani Pedrosa pada musim 2018. Tidak hanya itu, Pernat menilai Honda juga terlalu fokus pada Marquez.
“Seluruh keraguan yang saya miliki tentang KTM sudah menguap. Hasil ini pun tidak lepas dari strategi Honda dan (manajer Repsol Honda Alberto) Puig, yaitu membiarkan Pedrosa sehingga menjadi pembalap penguji KTM. Hal itu adalah kuncinya,” tutur Pernat kepada GPOne, seperti dilansir Detik.com.
“Sebuah bencana, karena Crutchlow baru saja dioperasi tangan kanannya dan sudah memikirkan tentang Aprillia pada tahun depan. Sedangkan Bradl sudah lama tidak balapan, Alex Marquez seperti tikus yang tenggelam, dan Nakagami sih tidak buruk tapi motornya bukan motor pemenang,” lanjut Pernat.
Pernat mengatakan Marquez memang seorang juara. Meski begitu, ia menyebut Honda dulunya telah keliru, karena tidak fokus pada para pembalap muda di tim-tim satelitnya seperti yang dilakukan Ducati, Yamaha, dan KTM.
“HRC tengah membayar kesombongannya,” tegas Carlo Pernat.