TIKTAK.ID – Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) sempat membuat meme dan menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai “The King of Lip Service” atau ‘Raja Pembual’. Merespons hal itu, Tenaga Ahli Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Ali Mochtar Ngabalin menilai bahwa pelabelan itu tidak tepat.
“Menyebut seorang Presiden The King of Lip Service itu saya tekankan artinya raja membual. Itu artinya nyinyir, bukan kritik. Anda memberikan penilaian tersebut kepada Presiden sebagai sosok pembual,” ujar Ngabalin melalui program Crosscheck by Medcom.id bertema Jokowi The King of Lip Service, Itu Sadis, Minggu (4/7/21), seperti dilansir Medcom.id.
Ngabalin pun mengaku merasa sangat kecewa dengan penyebutan itu. Ia mengatakan masyarakat Indonesia terlahir sebagai orang yang memiliki peradaban intelektual.
Baca juga : Begini Bantahan Demokrat Usai Dituduh sebagai ‘Otak’ Kritik BEM UI ke Jokowi
“Menurut saya ini tidak pantas. Saya tidak menyebutkan sadis, tapi tidak pantas keluar dari mulut, dari coretan tangan mahasiswa, apalagi mahasiswa Indonesia,” tegasnya.
Ngabalin menyatakan bahwa mahasiswa mempunyai pengetahuan tinggi dengan satu sifat yang mendasar, yakni kemampuan analisis yang tajam. Dia pun mengklaim Presiden selalu membuka lebar kritikan dari masyarakat, termasuk mahasiwa.
“Dia boleh saja mengkritik, tapi kalau nyinyir dengan menyebut The King of Lip Service, itu apa artinya? Apalagi keluar dari mulut mahasiswa, keluar dari tokoh-tokoh muda masyarakat intelektual yang kita harapkan 5-10 tahun akan datang memegang tangguh kepemimpinan ini,” tutur Ngabalin.
Baca juga : Menteri BUMN Rombak Komisaris Pertamina, Bagaimana Nasib Ahok?
Oleh sebab itu, Ngabalin meminta mahasiwa agar menyampaikan kritikan dengan sopan santun. Dia bahkan mengaku bersedia mempertemukan mahasiswa dengan Kepala Negara.
“Kalau dia lewat tempat itu dan ingin jumpa dengan Presiden, sudah deh saya orang yang bisa atur itu untuk kalian bisa jumpa dengan Presiden, supaya dapat ngobrol, bicara, diskusi terbuka,” ucapnya.
Seperti diketahui, julukan “The King of The Lip Service” diberikan karena Jokowi dinilai sering janji manis kepada masyarakat. Pertama, terkait pernyataan rindu didemo, padahal ada banyak aktivis dan mahasiwa yang ditangkap ketika melakukan unjuk rasa. Kemudian janji revisi Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang ternyata tak terlaksana. Demikian pula dengan janji penguatan Lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang ternyata tak hanya dilemahkan, tapi dinilai banyak pihak justru “dilumpuhkan”.