TIKTAK.ID – China mengajukan protes resmi kepada AS, setelah Pentagon mengeluarkan penilaian potensi perang terbaru terhadap militer China. Hal tesebut disampaikan Kementerian Pertahanan China.
“Bukan Beijing tetapi Washington yang menjadi ancaman bagi dunia,” bunyi protes itu, seperti yang dilansir RT, Jumat (5/11/21).
Kementerian itu menambahkan bahwa strategi dan kebijakan militer China murni defensif. Kemajuan militer China semata-mata ditujukan untuk “menjaga kedaulatan, keamanan, dan pembangunan nasional”. Hal itu tidak menimbulkan ancaman bagi negara mana pun, tambahnya.
Beijing mengeluarkan pernyataan keras sebagai tanggapan atas Laporan Tahunan Departemen Pertahanan AS tahun 2021, yang merinci “perkembangan militer dan keamanan” tentara China. Di dalamnya, Pentagon menyatakan keprihatinan khusus tentang potensi nuklir China yang berkembang pesat, dan menuduh Beijing “berniat untuk memiliki setidaknya 1.000 hulu ledak nuklir pada tahun 2030”. Ini melebihi penilaian Washington sebelumnya.
China menanggapi dengan mengkritik Washington bahwa laporan peningkatan ancaman militer China “dibuat dengan sengaja”, dan menyebut fakta bahwa Pentagon mengeluarkan laporan awal tentang potensi militer China sebagai “tindakan hegemonisme”. China meminta AS fokus pada peran Amerika sendiri dalam mengikis keamanan internasional.
“AS adalah [sumber] terbesar dari ancaman nuklir global,” kata pernyataan itu, sambil menambahkan bahwa Amerika memiliki persenjataan nuklir yang lebih besar, dan baru-baru ini mempercepat modernisasinya di bidang kemampuan nuklir serta operasi dunia maya dan ruang angkasa.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, pada September 2020, Washington memiliki lebih dari 3.750 hulu ledak nuklir.
AS juga “secara tidak hati-hati” menarik diri dari Perjanjian Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF) 1987, sehingga “secara artifisial menciptakan” risiko serius bagi kontrol senjata internasional, tambah Pemerintah China.
Perjanjian INF adalah perjanjian yang ditandatangani AS dengan Uni Soviet. Di dalamnya melarang kedua negara memiliki rudal balistik atau jelajah darat dan peluncur rudal dengan jarak antara 500 km dan 5.500 km. Washington menarik diri dari perjanjian itu pada 2019, di bawah Presiden Donald Trump, sambil menuding Rusia melanggar perjanjian tersebut—tuduhan yang berulang kali dibantah Moskow.
Beijing juga memperingatkan AS agar tidak ikut campur dalam “urusan dalam negerinya”, termasuk melalui hubungan Amerika dengan Taiwan, yang dianggap China sebagai bagian yang “tidak dapat dicabut” dari wilayahnya.
Pada Rabu kemarin, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley mengatakan pasukan AS memiliki kemampuan untuk mempertahankan pulau itu, jika China berusaha merebutnya.