
TIKTAK.ID – Kaum muda di Taiwan mulai mengambil langkah berseberangan dengan kaum tua di negara itu. Bila kaum tua setuju dengan penyatuan Taiwan dengan China, kaum muda lebih memilih untuk berpisah dan tetap independen, seperti yang dilaporkan Aljazeera, Jumat 27 Maret 2020.
Salah satunya adalah produser teater independen Lin Chihyu, 29 tahun yang membatalkan rencananya terbang ke Vietnam untuk mengikuti pemilihan umum di Taiwan pada Januari lalu.
“Jika tidak ada Taiwan, saya merasa akan sangat sulit untuk memiliki tempat lain di Asia yang memiliki tingkat kebebasan ini,” kata Lin. “Hanya di Taiwan yang memungkinkan Anda bebas untuk mengatakan [apa yang ingin Anda katakan].”
Baca juga : Setelah Pangeran Monako, Kini Giliran PM Inggris Boris Johnson Tegaskan Dirinya Positif Corona
Sistem politik yang demokratis dengan kebebasan yang tinggi, mendorong generasi muda semakin bangga dengan akar Taiwannya. Kondisi itu menciptakan perubahan generasi akan meningkatkan tensi politik masa depan pulau itu.
“Sungguh menakjubkan bagaimana orang Taiwan yang lahir bahkan terpaut 10 tahun dapat memiliki pengalaman yang berbeda,” kata seorang ahli politik Taiwan dan seorang profesor hukum di Seton Hall University di New Jersey, Margaret Lewis.
“Orang seusia saya ingat situasi darurat militer dan cukup tua untuk memilih pada pemilihan presiden langsung pertama [pada 1996]. Orang yang 10 tahun lebih muda, mungkin memiliki ingatan samar-samar tentang masa otoriter itu, tapi mereka tumbuh dewasa di Taiwan yang bebas dan demokratis,” tambah Lewis.
Baca juga :‘Adu Mulut’ AS dan China Soal Virus Corona di Sidang Dewan Keamanan PBB
Sementara itu sebuah survei tentang perubahan identitas di Taiwan oleh Pusat Studi Pemilihan Universitas Nasional Chengchi pada Juni tahun lalu mencatat sekitar 57 persen orang menyatakan sebagai orang Taiwan. Sedangkan 37 persen menjawab orang Taiwan dan Cina, dan hanya 4 persen yang mengatakan sebagai orang Cina. Sisanya, memilih untuk tak menjawab.
Halaman selanjutnya…