
TIKTAK.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung ideologi transnasional radikal saat memberikan sambutan dalam upacara peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2021. Jokowi mengungkapkan sejumlah tantangan Pancasila di tengah globalisasi, mulai dari rivalitas dengan ideologi transnasional radikal hingga perkembangan teknologi.
Jokowi mengatakan bahwa ideologi itu menyebar massif di era revolusi industri 4.0, ditambah dengan jaringan internet mutakhir 5G.
“Kecepatan ekspansi ideologi transnasional radikal dapat melampaui standar normal saat memanfaatkan disrupsi teknologi ini,” ujar Jokowi, seperti dikutip CNNIndonesia.com dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (1/6/21).
Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno menyebut ideologi transnasional sendiri adalah ideologi yang berasal dari luar dan bertentangan dengan Pancasila, salah satunya yaitu Khilafah.
“Itu merupakan produk pemikiran dan gerakan politik dari luar. Dalam banyak hal, bertentangan dengan napas dan semangat Pancasila yang sebenarnya sudah menjadi titik kompromi antara agama dan nilai nasionalis,” terang Adi, Rabu (2/6/21).
Menurut Adi, ideologi transnasional radikal menganjurkan agar agama diformalkan sebagai dasar. Ia menjelaskan, mulai dari dasar hukum sampai dasar berperilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lantas Adi mengingatkan bahwa Indonesia bukanlah negara agama. Ia menilai meskipun agama menjadi praktik kehidupan sehari-hari, tetapi hal itu tidak diformalkan, sama seperti keadilan, kesejahteraan, dan lain sebagainya.
“Kita memang masih berlafaskan agama. Namun agama itu tidak diformalkan. Kita juga bukan negara agama yang menjadikan agama tertentu seperti Islam sebagai dasar negara, melainkan nilai-nilai agama itu cukup menjadi inspirasi,” tegas Adi.
Adi pun menganggap pernyataan Jokowi yang sempat menyinggung ideologi transnasional, bisa diartikan sebagai bentuk kekhawatiran atas berkembangnya ideologi tersebut di Indonesia. Pasalnya, Adi menyatakan belakangan memang muncul kelompok pro dan mendakwahkan ideloogi transnasional itu di Indonesia, meski tidak signifikan.
“Terdapat kekhawatiran di tengah dunia yang semakin terbuka, ideologi transnasional begitu gampang masuk ke hidup kita. Mulai dari YouTube, internet, media sosial dan lain-lain, yang kemudian secara perlahan akan menggantikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi,” jelas Adi.