TIKTAK.ID – Pebisnis ternama Jack Ma, dikenal karena sukses membesarkan toko online Alibaba. Namun, ternyata tangan emas Jack Ma juga berhasil membesarkan perusahaan lainnya, yakni Ant Group, yang bergerak di bidang finansial atau fintech.
Ant Group dengan layanannya yang terkenal, Alipay, diketahui akan segera melantai di bursa saham Hong Kong dan Shanghai. Bukan tidak mungkin Ant Group mencatatkan IPO (Initial Public Offering) terbesar.
Ant Group memang merupakan platform pembayaran online terbesar di China, dan warga China pun sudah sangat terbiasa memakainya. Perusahaan ini dulunya bernama Alipay.
Jack Ma mendirikan perusahaan ini lantaran pada masa silam, hanya sedikit orang China punya kartu kredit bahkan debit. Untuk itu, dibutuhkan metode pembayaran yang mudah untuk melakukan transaksi di Alibaba.
Jack Ma kemudian menugaskan tim finansial Alibaba untuk menciptakan Alipay. Pada dasarnya, layanan tersebut memiliki fungsi menahan uang dari pembeli di Alibaba dan mengirimkannya pada penjual jika pembeli sudah menerima barang dan merasa puas dengannya. Di masa awal peluncuran Alipay, banyak yang meragukan layanan tersebut.
“Ketika aku memulai Alipay, setiap orang bilang, Jack, ini adalah model terburuk yang kami lihat. Tak ada yang bakal memakainya,” ujar Ma dalam sebuah wawancara, seperti dikutip detikINET dari CNN.
“Tapi aku tak peduli apakah model ini ilmiah, terlihat keren atau tidak. Sepanjang bisa bekerja, maka akan membantu membangun kepercayaan,” imbuh pria berusia 56 tahun ini.
Hingga kini, Alipay telah memiliki 711 juta user aktif bulanan dan menangani pembayaran senilai USD 17,2 triliun dalam setahun belakangan. Bahkan aplikasi mobile Alipay yang debut di 2009 ini memiliki pangsa pasar lebih dari 55%, mengalahkan platform Tencent.
Selain itu, layanan Alipay pun makin beragam. Dengan Alipay, pengguna dapat membayar asuransi, membayar tagihan, mendapatkan pinjaman, bahkan berinvestasi. Kini Alipay menjadi semacam supermarket finansial.
“Alipay telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari bagi ratusan juta individu dan para pebisnis di seluruh China,” terang Zennon Kapro, pengamat dari biro riset Kapronasia.