
TIKTAK.ID – Inggris dilaporkan memasok Ukraina dengan rudal anti-tank jarak pendek untuk pertahanan diri setelah Rusia mengumpulkan sekitar 100.000 tentaranya di perbatasan.
Hal itu disampaikan Menteri Pertahanan Inggris, Ben Wallace kepada anggota parlemen. Sebuah tim kecil pasukan Inggris juga akan dikirim ke Ukraina untuk memberikan pelatihan, seperti yang dilansir BBC, Selasa (18/1/22).
Dia mengatakan ada “alasan yang sah dan nyata untuk mengkhawatirkan” pasukan Rusia melakukan invasi ke Ukraina. Meski berulang kali Rusia membantah tudingan Barat tersebut. Bahkan Rusia menuduh balik Barat melakukan agresi.
Puluhan tentara Inggris telah berada di Ukraina sejak 2015 untuk membantu melatih Angkatan Bersenjata mereka, dan Inggris juga telah membuat komitmen untuk membantu membangun kembali Angkatan Laut Ukraina setelah invasi Rusia ke Krimea pada 2014.
Namun Wallace mengatakan Inggris akan memberikan bantuan ekstra dengan keamanan mengingat “perilaku Rusia yang semakin mengancam”.
Batch pertama senjata anti-armor ringan dikirim pada Senin (17/1/22), meskipun Menteri Pertahanan tidak merinci jenisnya.
“Ukraina memiliki hak untuk mempertahankan perbatasannya dan paket bantuan baru ini semakin meningkatkan kemampuannya untuk mempertahankan diri,” katanya kepada anggota parlemen.
“Biar saya perjelas: dukungan ini untuk kemampuan senjata jarak pendek dan jelas bersifat defensif; itu bukan senjata strategis dan tidak menimbulkan ancaman bagi Rusia; melainkan hanya digunakan untuk membela diri.”
Dia juga mengatakan ada “paket sanksi internasional yang siap diterapkan” jika Rusia harus mengambil “tindakan destabilisasi” di Ukraina.
Setiap invasi akan dipandang sebagai “pendudukan” yang “dapat menyebabkan hilangnya banyak nyawa di semua pihak”, kata Menteri Pertahanan itu.
Dia berkata, “Kami ingin berteman dengan orang-orang Rusia seperti yang telah kami lakukan selama ratusan tahun. Dan ada dunia di mana kami dapat membangun hubungan yang saling menguntungkan dengan Rusia.”
“Saya masih tetap berharap bahwa diplomasi akan menang. Itu adalah pilihan Presiden Putin apakah akan memilih diplomasi dan dialog, atau konflik dan konsekuensinya.”
Duta Besar Ukraina untuk Inggris menyambut baik keputusan Inggris untuk mengirim senjata dan pasukan tambahan, tetapi mengatakan kepada BBC bahwa masalah terbesarnya adalah karena mereka bukan anggota NATO.
“Kami ingin berada di NATO… kami menghadapi sendiri tentara terbesar di Eropa,” kata Vadym Prystaiko.
Badan Intelijen Barat dan Ukraina telah mengisyaratkan invasi atau serangan bisa terjadi beberapa waktu di awal 2022, setelah pasukan Rusia berkumpul di perbatasan.
Sementara itu, Rusia menuduh negara-negara NATO “memompa” Ukraina dengan senjata dan mengatakan AS memicu ketegangan di kawasan itu.