TIKTAK.ID – Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan pada Selasa (12/4/22) kemarin bahwa indeks harga konsumen negara itu melonjak hingga 8,5 persen pada bulan Maret dari 12 bulan sebelumnya. Ini merupakan kenaikan tahun-ke-tahun paling tajam sejak 1981. Lonjakan itu didorong oleh masalah rantai pasokan yang berkelanjutan, permintaan yang melonjak dan kenaikan harga energi.
Statistik menunjukkan bahwa kenaikan bulanan mencapai 1,2 persen, menjadi lompatan tercepat sejak September 2005 dan percepatan tajam dari kenaikan 0,8 persen pada Februari lalu, seperti yang dilansir Russian Today, Kamis (14/4/22).
Pihak berwenang AS menyalahkan lonjakan harga karena konflik Rusia-Ukraina, dengan Presiden Joe Biden mengatakan pada Senin kemarin, “Saya melakukan segalanya dalam kekuasaan eksekutif saya untuk menurunkan kenaikan harga Putin.”
Sementara itu, Senator Demokrat moderat dari West Virginia, Joe Manchin mengatakan kepada Financial Times bahwa “Federal Reserve dan Pemerintah gagal bertindak cukup cepat, dan data hari ini adalah gambaran dari konsekuensi yang dirasakan di seluruh negeri.”
Dia menambahkan bahwa hal ini “merugikan rakyat Amerika untuk bertindak seolah-olah inflasi adalah fenomena baru”.
Indeks bensin AS meroket hingga 18,3 persen pada bulan Maret dan menyumbang lebih dari setengah dari kenaikan bulanan semua item. Harga bensin telah naik sampai 48 persen dalam 12 bulan terakhir. Harga mobil bekas juga melonjak sampai 35 persen, meski sebenarnya turun pada Februari dan Maret.
Indeks makanan naik 1 persen di bulan Maret dibandingkan dengan Februari, dan naik hampir 9 persen dibandingkan dengan 12 bulan sebelumnya. Data menunjukkan harga bahan makanan juga telah melonjak hingga 10 persen.
Sebelumnya, pada pekan lalu Bank of America (BofA) memperingatkan bahwa gambaran ekonomi makro AS memburuk dengan cepat dan dapat mendorong ekonomi AS ke dalam resesi karena Federal Reserve memperketat kebijakan moneter untuk menjinakkan lonjakan inflasi.
“Kejutan inflasi memburuk, kejutan suku bunga baru saja dimulai, kejutan resesi baru terjadi,” kata Kepala Strategi Investasi BofA, Michael Hartnett, dalam catatan mingguan kepada kliennya, yang dilihat oleh Reuters. Dia menambahkan bahwa dalam konteks ini, uang tunai, volatilitas, komoditas, dan cryptocurrency dapat mengungguli obligasi dan saham.