
TIKTAK.ID – Google menyampaikan permintaan maaf setelah mesin pencarinya menetapkan bahasa resmi negara bagian Karnataka, di India sebagai bahasa “paling jelek”. Hasil pencarian itu memicu kemarahan pejabat regional.
Raksasa teknologi itu mendapat kecaman setelah ditemukan bahwa jika mengetik “bahasa paling jelek di India” ke dalam mesin, maka pencarinya akan menghasilkan “Kannada”. Yaitu bahasa yang digunakan oleh lebih dari 40 juta orang, terutama di negara bagian Karnataka, India barat daya, seperti yang dilansir dari RTnews, (4/6/21).
Penunjukan yang keras segera menarik perhatian pejabat di Bangalore, Ibu Kota Negara Bagian. Sehingga memicu kemarahan pejabat wilayah itu. Pejabat di Bangalore kemudian mencela Google karena telah merendahkan bahasa resmi mereka.
“Bahasa Kannada memiliki sejarahnya sendiri, muncul sejak 2.500 tahun yang lalu! Sudah menjadi kebanggaan Kannadigas selama dua setengah milenium ini,” gerutu Arvind Limbavali, Menteri Kehutanan Karnataka.
Ia menuntut permintaan maaf dari Google “ASAP” karena menghina negara dan bahasanya, dan juga mengancam akan mengambil langkah hukum terhadap raksasa Lembah Silikon itu, jika tak menyampaikan permohonan maaf.
P C Mohan, seorang anggota parlemen yang mewakili Bangalore (juga dikenal sebagai Bengaluru) Central, ikut marah. Ia mengatakan bahwa Kannada memiliki “warisan yang kaya” dan merupakan salah satu bahasa tertua di dunia.
“Kannada memiliki sarjana hebat yang menulis epos jauh sebelum Geoffrey Chaucer lahir pada abad ke-14”, cuit anggota parlemen itu.
Tokoh politik lain di negara bagian itu, HD Kumaraswamy, mantan Kepala Menteri Karnataka, mengatakan bahwa “kesalahan” Google tidak dapat diterima.
“Tidak ada bahasa yang buruk. Semua bahasa itu indah,” komentarnya.
Menanggapi reaksi tersebut, Google memperbaiki hasil pencariannya dan mengeluarkan permintaan maaf. Perusahaan itu mengakui bahwa fitur pencariannya terkadang campur aduk dan bahwa “cara kerja konten di internet dapat menghasilkan hasil sesuatu yang mengejutkan untuk kueri tertentu”.
“Tentu saja, ini tidak mencerminkan pendapat Google, dan kami meminta maaf atas kesalahpahaman dan melukai perasaan siapa pun,” perusahaan menekankan, menambahkan bahwa mereka terus berupaya meningkatkan algoritmenya.
Hasil pencarian yang aneh bukanlah hal baru bagi mereka yang sering menggunakan Google. Pada Maret lalu, mantan penjabat Direktur Intelijen Nasional pemerintahan Trump, Richard Grenell, telah salah dicantumkan sebagai Presiden Amerika Serikat oleh mesin pencari itu.