“Sistem itu kira-kira begini, kejadian di Katulampa, air sekian keluarlah operasionalnya dari Dishub, Kesehatan, MRT, Satpol PP, dan seluruhnya tahu wilayah mana yang punya risiko. Jadi sebelum kejadian, kita pun sudah siap. Tapi hari ini kalau kejadian kita kedandapan (tergesa-gesa) terus, seakan-akan ini banjir pertama dan tanah ini sudah puluhan tahun kena banjir tapi cara kita menanganinya itu ad hoc,” ucap Anies.
Baca juga : Ini Alasan Logis Politikus Senior PDIP Tak Terima Jokowi Sering Marahi Menterinya di Masa Pandemi
“Antara banjir dan peringatan kira-kira berapa menit? Lama, lah kenapa menggunakan alat begini (toa)? Ini dipakai karena tsunami, karena begitu ada tanda gempa harus ada warning tsunami, maka pemberitahuannya harus cepat. Lah kalau Katulampa sampai Jakarta berapa jam bisa beritahu pakai segala macam, bisa enggak perlu pengadaan, semua masjid bisa dipakai, semua WA bisa dipakai,” imbuhnya.
Sebelumnya, Anies sempat meminta petugas kelurahan untuk keliling kampung menggunakan toa atau pengeras suara sebagai bentuk sistem peringatan dini bencana, selain mengandalkan penyebaran via SMS.
“Jadi kelurahan, bukan ke RW, RT, melainkan langsung ke masyarakat berkeliling dengan membawa toa untuk memberitahu semuanya,” tutur Anies di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/20).