
TIKTAK.ID – Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo mengungkapkan bahwa di dunia maya, kebanyakan warganet tidak terlalu memiliki beban untuk memasangkan nama-nama figur calon presiden maupun calon wakil presiden.
Karyono menyatakan hal itu untuk menggambarkan aksi para pendukung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang menduetkannya dengan Menteri Sosial, Tri Rismaharini (Risma) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Karyono pun menilai munculnya nama Ganjar dan Risma telah menjadi sasaran, atau boleh disebut sebagai korban eksperimen politik para warganet. Padahal, kata Karyono, baik Ganjar maupun Risma adalah kader PDIP, sehingga dalam logika politik sulit menjadi pasangan capres-cawapres.
“Oleh sebab itu, menurut saya cuitan para warganet ini sekadar sebuah ekspresi spontan. Pasalnya, realitas politiknya bisa berbeda, tergantung pada dinamika politik yang sedang berkembang,” jelas Karyono, seperti dilansir SINDOnews, Jumat (8/1/21).
Meski begitu, lanjutnya, yang pasti dalam sistem politik dan regulasi saat ini, menentukan pasangan capres dan cawapres merupakan domain partai politik. Meskipun harus diakui, kata Karyono, pendapat publik tidak jarang menjadi pertimbangan partai politik dalam menentukan simulasi pasangan.
“Tetapi tentu dalam menentukan pasangan capres lazimnya mempertimbangkan sejumlah aspek. Di antaranya akseptabilitas, popularitas, elektabilitas kandidat, perilaku sosial masyarakat, kekuatan partai politik, serta regulasi,” jelas Karyono.
Untuk diketahui, hingga kini nama Ganjar dan Risma sudah sering masuk radar sejumlah survei sebagai capres maupun cawapres potensial.
Berdasarkan survei terbaru Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang dirilis akhir 2020 lalu, elektabilitas Ganjar berada di posisi teratas capres dengan perolehan 15,7% suara. Basis terbesar pendukungnya yaitu pemilih PDI Perjuangan, tepatnya 28% yang akan memilih Ganjar.
Kemudian di bawah Ganjar terdapat Menteri Pertahanan Prabowo Subianto 14,9%, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 11%, Menparekraf Sandiaga Uno 7,9%, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil 7,1%, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono 3,1%, dan Menteri Sosial Tri Rismaharini 3,1%.
Baca juga : Tunawisma Sudirman-Thamrin Disebut ‘Drama Kotor’ Risma, Kemensos Buka Suara
Lebih lanjut, nama-nama lain di bawah 2% dan yang tidak tahu/tidak menjawab sekitar 31,5%.
Survei nasional SMRC tersebut bertajuk “Sentimen Publik Nasional terhadap Kondisi Ekonomi-Politik tahun 2020 dan Prospek 2021.”
Survei dilakukan melalui wawancara per telepon kepada 1.202 responden yang dipilih secara acak (random) pada 23-26 Desember 2020, dengan margin of error diperkirakan sekitar 2,9%.