
TIKTAK.ID – Facebook menolak dikambinghitamkan menjadi “media sosial penyebar hoax vaksin Covid-19”. Pernyataan tersebut sekaligus membantah tudingan Presiden AS, Joe Biden yang ditujukan kepada Facebook.
Sebelumnya, melalui sebuah postingan blog, Guy Rosen selaku Vice President of Integrity Facebook, mengklaim saat kasus Covid-19 meningkat di AS, Pemerintah lebih memilih untuk menyalahkan segelintir perusahaan media sosial. Sementara media sosial buatan Mark Zuckerberg itu memainkan peran penting dalam masyarakat mengenai pandemi.
“Faktanya, penerimaan vaksin di kalangan pengguna Facebook di Amerika Serikat sudah meningkat. Ini sangat berbeda, tidak seperti yang disampaikan oleh Pemerintah dalam beberapa hari terakhir”, tulis Rosen, seperti dilansir detikINET, Minggu (18/7/21).
Kemudian Facebook juga menampik tuduhan Joe Biden dengan sejumlah fakta. Mereka telah berkolaborasi dengan Carnegie Mellon University and University of Maryland sejak April 2020 untuk melakukan survei. Pada survei itu, melibatkan lebih dari 70 juta responden dan lebih dari 170.000 tanggapan setiap hari dari 200 negara dan wilayah.
Hasilnya survei itu pun sangat baik. Ternyata, rasa ragu penduduk negeri Paman Sam yang merupakan pengguna Facebook, mengalami penurunan sebesar 50% terhadap vaksin. Sejak Januari silam, penerimaan vaksin pengguna Facebook di AS juga meningkat dari 70% menjadi 85%.
Perlu diketahui, Pemerintah AS sempat menyebut media sosial seperti Facebook dan sejenisnya telah menyebarkan hoax vaksin Covid-19. Presiden Joe Biden menilai platform itu membunuh orang-orang. Ia bahkan menyatakan Facebook dan platform lainnya tidak bertindak agresif untuk melawan informasi yang salah terkait vaksin Corona.
Biden menyampaikan hal itu ketika ditanya para wartawan apakah dia memiliki pesan untuk platform seperti Facebook di mana informasi palsu atau menyesatkan tentang vaksin virus Corona telah menyebar.
“Satu-satunya pandemi yang kita miliki yakni di antara yang tidak divaksinasi,” tegas Biden.
“Mereka telah merancang fitur seperti tombol ‘Suka’, yang dapat mengarahkan kita terhadap konten emosional, bukan konten akurat,” tutur Vivek Murthy, Surgeon General Amerika Serikat.
“Algoritma mereka juga cenderung memberi kita lebih banyak konten yang kita klik, menarik kita ke dalamnya dan lebih dalam, sehingga masuk ke dalam sumur informasi yang salah,” imbuh Vivek Murthy.