TIKTAK.ID – Elon Musk telah mengungkapkan sejumlah rencana besarnya untuk Twitter, setelah resmi menjadi pemilik saham eksternal terbesar platform media sosial tersebut. CEO Tesla dan SpaceX itu sebelumnya membeli sebesar 9,2 persen saham Twitter. Kemudian sebagai bagian dari kesepakatan pembelian, Elon Musk pun mendapat tawaran mengisi posisi Dewan Direksi media sosial berlambang Burung Biru tersebut.
Akan tetapi dalam perkembangannya, Elon Musk memutuskan tidak jadi bergabung di Dewan Direksi. Dia mengambil keputusan itu pada hari yang sama saat dirinya ditunjuk bergabung pada Sabtu (9/4/22).
Meski Elon Musk tidak jadi berada di posisi Dewan Direksi, tapi rencana besarnya pada Twitter dipercaya tetap akan terjadi.
Elon Musk sendiri sempat menyampaikan harapannya usai menjadi pemegang saham. Dia berharap bisa membuat Twitter menjadi lebih baik dengan sederet rencana yang telah dipersiapkannya.
Seperti dilansir CNN Indonesia, berikut ini tiga rencana besar Elon Musk untuk Twitter:
- Bayar langganan menggunakan dogecoin
Elon Musk mengusulkan agar produk berlangganan Twitter Blue dapat diakses memakai aset kripto Dogecoin sebagai alat pembayaran. Dia juga menyarankan untuk memangkas biaya langganan dan menerapkan tidak ada iklan.
Untuk diketahui, Twitter Blue adalah layanan berlangganan pertama Twitter, yang menawarkan akses eksklusif ke fitur premium. Di antaranya “Batalkan Tweet”, personalisasi ikon aplikasi Twitter, dan kemampuan menambahkan bookmark. Namun layanan tersebut baru tersedia di Amerika Serikat (AS), Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
- Fitur edit
Elon Musk sempat membuat survei kepada pengikutnya mengenai penggunaan fitur tombol edit di Twitter. Fitur itu memang sudah lama dan bertahun-tahun diminta pengguna.
Lantas melalui keterangannya, Twitter menyatakan bahwa fitur edit dibuat bukan karena masuknya Elon Musk.
- Area bebas berpendapat
Sebelum memutuskan membeli saham Twitter, Elon Musk sudah sering mencuitkan keinginannya supaya platform itu dapat menjadi tempat kebebasan berpendapat. Bahkan dia mendorong algoritma Twitter menjadi Open source.
Hal itu pun menimbulkan pro-kontra. Beberapa menganggap kebebasan mengungkapkan pendapat di Twitter nantinya dapat disalahgunakan untuk menimbulkan ujaran kebencian dan lainnya.