TIKTAK.ID – Anggota Komisi Pertahanan DPR, TB Hasanuddin, mengungkapkan bahwa perawatan 15 pesawat tempur bekas jenis Eurofighter Typhoon yang ingin dibeli Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berbiaya mahal.
“Memerlukan biaya perawatan sekitar Rp85 triliun untuk masa pemakaian 13 tahun, atau kira-kira Rp6,5 triliun per tahun,” ujar TB Hasanuddin dalam diskusi Indonesia Corruption Watch (ICW), Senin (27/7/20).
Hasanuddin memaparkan, berdasarkan informasi dari Austria, Angkatan Udara Austria telah menggunakan pesawat jet tempur Eurofighter Typhoon selama 17 tahun. Sehingga, lanjutnya, sisa waktu pesawat untuk digunakan ialah 13 tahun.
Baca juga : Adik Gus Dur Wafat, Anies: Gus Im Pribadi yang Amanah dan Punya Prinsip Keindonesiaan
Ia menilai jika pesawat tersebut dibeli Pemerintah Indonesia, maka negara harus membiayai 15 unit pesawat tersebut sebanyak Rp6,5 triliun per tahun selama 13 tahun.
“Hal itu hanya memindahkan masalah saja,” tutur Hasanuddin.
Menurut Hasanuddin, melihat besarnya biaya perawatan, maka negara tidak akan mampu memelihara pesawat jet tempur generasi 4 itu. Tidak hanya itu, ia mengatakan dalam rencana APBN tahun ini hingga tahun depan tidak pernah dicantumkan rencana pembelian Eurofighter Typhoon.
Baca juga : Anies Ungkap Cara Manjur Agar Selamat dari Virus Corona
“Hingga detik ini masih belum ada pemberitaan resmi atau diajak diskusi meminta persetujuan dari Pak Prabowo kepada DPR,” kata Hasanuddin.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Pertahanan berencana memborong 15 pesawat jet tempur bekas jenis Eurofighter Typhoon milik Angkatan Udara Austria. Rencana pembelian pesawat itu terungkap setelah koran Austria, The Kronen Zeitung, memublikasikan surat Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto kepada Menteri Pertahanan Austria, Klaudia Tanner pada 18 Juli 2020.
Mengutip Bisnis.com, di Austria sendiri pengadaan pesawat tempur itu juga tersangkut isu dugaan suap dan mendapat kritik tajam. Sebab, Pemerintah Austria sempat melayangkan gugatan kepada Airbus ke Pengadilan Munich atas dugaan suap yang dilakukan perusahaan pembuat pesawat itu kepada pejabat Austria.
Baca juga : Pelaku Pencemaran Nama Baik Ahok Ditangkap di Bali dan Medan, Bagaimana Nasibnya Sekarang?
Kemudian Pemerintah Austria menyatakan terdapat kerugian sebesar 1,7 juta dolar dari total kontrak pembelian senilai 2,4 milliar dolar. Kasus itu pun berakhir dengan adanya kewajiban Airbus untuk membayar denda sebesar 99 juta dolar.