
TIKTAK.ID – Pengamat budaya dan komunikasi digital dari Universitas Indonesia, Firman Kurniawan menyatakan dalam konteks mendorong rasionalitas kampanye “New Normal” tentu tidak dilarang memanfaatkan endorser, influencer, dan buzzer selaku penengah.
Ia menerangkan berbagai penelitian dalam komunikasi yang tidak terbatasi perantara digital memperlihatkan terwujudnya tujuan komunikasi ketika ada penengah.
“Pada komunikasi bermedium digital pun diharapkan hasil yang sama. Terlebih adanya buzzer, influencer dan endorser berlatar belakang sesuai dengan sasaran komunikasi,” terang Firman.
Baca juga : Pegowes di Jakarta Naik 1000 Persen, Pemprov Siapkan Jalur Khusus
“Pengaturan jumlah jemaah di rumah ibadah, kuota penumpang transportasi umum, jumlah pembelanja di mal adalah hilir. Pengaturan hilir tidak terlalu berguna, manakala hulunya tidak direncanakan saksama,” ucap Firman seperti dilansir CNNIndonesia.com, Kamis (11/6/20).
Kesimpulan tersebut, Firman tarik berpijakkan persoalan di lapangan sehubungan sedikitnya penerapan protokol kesehatan di tengah masyarakat saat proses transisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Rasionalitas butuh mempertimbangkan kegiatan yang memunculkan kerumunan manusia, yang berpotensi menjadi sumber penularan pandemi Covid-19. Para penegak protokol bakal berkutat dan berujung sangat kelelahan, ketika harus melakukan pengawasan. Sedangkan sumber kerumunan dan aktivitas kegiatan manusia, sangat banyak.
“Saat perkantoran mengaktifkan lagi kegiatannya, sementara di masa pra Covid-19 pun, jumlah fasilitas umum tidak memadai. Apalagi saat kapasitas dibatasi 50 persennya demi jarak,” lanjut Firman.
Halaman selanjutnya…