TIKTAK.ID – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia mengumumkan bakal mendorong Anis Matta dan Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah untuk maju menjadi pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) 2024 mendatang. Anis sendiri kini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Gelora, dan Fahri menjadi Wakil Ketua Umum.
“Dinamika Capres dan Cawapres saat ini masih bergerak secara dinamis dan cair. Tidak hanya partai parlemen, tapi partai baru juga turut serta mendorong kader internal untuk diusung dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024,” ungkap Ketua Bapilu Partai Gelora, Rico Marbun, dalam keterangan pers, pada Minggu (15/1/23), seperti dilansir Sindonews.com.
Rico menyebut Partai Gelora akan mengomunikasikannya dengan partai parlemen dan nonparlemen. Dia mengklaim Anis dan Fahri tidak bisa dipandang remeh atau sebelah mata karena Partai Gelora punya lebih dari 700 ribu kader di daerah yang valid, walaupun sebagai partai baru.
Baca juga : Sekjen Gerindra: Pengabdian Prabowo untuk Bangsa dan Negara Tak Perlu Diragukan
“Kalau Partai Gelora jelas, memiliki 700 ribu lebih kader dibandingkan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil yang tidak punya partai. Maka kami tentu ingin mengajukan Pak Anis Matta dan Pak Fahri Hamzah menjadi Capres dan Cawapres,” ucap Rico.
Menurut Rico, partai politik (parpol) harus berani mendorong kader internal untuk bisa maju di kontestasi Pilpres 2024. Pasalnya, kata Rico, ada fenomena parpol yang tak mengusung kader internal maju di kontestasi politik lima tahunan itu, padahal parpol sudah seharusnya regenerasi.
“Regenerasi kepemimpinan, khususnya di nasional. Sekarang ini saya melihat, saya menangkap ada upaya sistematis bahwa justru tokoh-tokoh pimpinan parpol yang kita anggap sebagai kader terbaik nomor satu dari partai politik, justru dikondisikan seakan-akan selalu lemah ketimbang orang-orang luar,” terang Rico.
Baca juga : Risma Curhat Sering Konsultasi ke Megawati: Ibu itu Luar Biasa Pintar
Rico menjelaskan bahwa bila masalah ini terus dilanjutkan, maka demokrasi Tanah Air akan terus menyusut. Sebaliknya, Rico mengaku tidak mengetahui apakah ada pihak yang mengondisikan hal tersebut di masyarakat.
“Jadi kita tidak tahu, tapi kalau menurut saya ini ada benturan antara figuritas pimpinan parpol dengan opini yang entah dibangun dari mana. Jika hal itu dibiarkan terus-menerus, yang terjadi adalah susutnya kualitas demokrasi,” tegas Rico.