TIKTAK.ID – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) telah membantah tudingan melakukan setting atau mengatur agar penetapan tanggal 1 Ramadan 1443 Hijriah di antara pemeluk Islam berbeda.
Menurut Ketua Pengurus Tanfidziyah PBNU, Ahmad Fahrurrazi atau Gus Fahrur, PBNU hanya mengikuti rukyah. Dia menegaskan, tidak ada agenda setting untuk menciptakan perbedaan penetapan 1 Ramadan atau setting lainnya.
“Jadi PBNU itu tidak memiliki setting awal bulan ya, hanya mengikuti rukyah. Jika disetting untuk melawan Muhammadiyah enggak, enggak ada kaitan dengan NU-Muhammadiyah,” ujar Gus Fahrur, seperti dilansir CNNIndonesia.com, Senin (4/4/22).
Baca juga : Survei Indikator Politik: Elektabilitas Erick Thohir Konsisten Meningkat
Gus Fahrur menyampaikan hal itu untuk menanggapi sebuah video di media sosial yang menyebut perbedaan tanggal 1 Ramadan telah diatur. Dalam video tersebut, tampak kegiatan Muskercab PCNU Kabupaten Wonosobo yang disebut digelar pada 26 Maret.
Video itu mengklaim Kementerian Agama sudah sepakat dan didukung NU bahwa 1 Ramadan akan jatuh pada hari Minggu (3/4/22) dan puasa akan dijalankan selama 29 hari.
“Subhanallah, keblinger dan jahatnya, ternyata perbedaan tanggal 1 Ramadan sepertinya memang sudah disetting lama. Entah maunya apa, Muskercab 26 Maret DPC Wonosobo terungkap?” tulis narasi dalam video itu.
Baca juga : Muncul Mendadak dan Bikin Heboh, Amien Rais Kritik Pedas Jokowi-Luhut
Gus Fahrur mengatakan bahwa dalam menentukan awal bulan, PBNU memakai metode hisab (perhitungan) yang dipegang dan metode rukyah (pemantauan hilal). Dia menyebut sebagaimana keputusan Kementerian Agama Indonesia, Malaysia, dan Brunei, PBNU juga bersepakat batasan hilal yang terpantau menjadi penentu awal bulan minimal 3 derajat.
Dia melanjutkan, Muhammadiyah sendiri berpegang bulan berganti meskipun derajat hilal yang ditemukan berdasarkan hisab di bawah 3 derajat.
“Dengan 3 derajat itu tidak mungkin terlihat pada hari Sabtu, secara teori, dan hanya akan terlihat pada Minggu,” terang Fahrur.
Baca juga : Pengamat: Kurang dari 10 Detik, Jokowi Bisa Redakan Gonjang-Ganjing Isu 3 Periode
Gus Fahrur mengaku bila pada Jumat (1/4/22) lalu, hasil rukyah menunjukkan hilal terlihat di atas 3 derajat, NU tentu akan berpendapat 1 Ramadan jatuh pada hari Sabtu 2 April sebagaimana Muhammadiyah.
Akan tetapi, lanjutnya, berdasarkan pemantauan hilal di 92 titik, hilal memang tidak terlihat. Dia menyatakan jika hilal tidak tampak, maka NU akan menyempurnakan jumlah hari dalam satu bulan menjadi 30.