TIKTAK.ID – Gonjang-ganjing di internal PDI Perjuangan yang terjadi belakangan ini, seolah menempatkan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sebagai outsider atau orang luar. Tudingan bahwa Ganjar terlalu ambisius untuk menjadi calon presiden di Pilpres 2024, menyiratkan dirinya seakan ditolak oleh struktur PDIP, setidaknya untuk saat ini.
Meski sejumlah analis membaca polemik ini justru dibuat oleh PDIP sendiri untuk menguasai ingatan publik terhadap dua kadernya, yakni Ganjar dan Ketua DPR Puan Maharini, tapi faktanya ruang publik ikut memanas. Hal itu karena polemik ini muncul dari Jawa Tengah, yang merupakan basis utama lumbung suara PDIP.
Keputusan memang tetap terpulang kepada Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Namun jelas terdapat aroma persaingan yang kuat antara Ganjar dan Puan. Dalam situasi ini, PDIP Jawa Tengah pun sudah memberikan “peringatan” kepada Mega, karena sebagai kader, Ganjar dinilai lebih asyik mempersiapkan diri untuk Pilpres ketimbang memikirkan partai.
Sementara itu, elektabilitas Ganjar dalam survei-survei selalu tinggi, bersaing dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Maret 2021, Ganjar meraih elektabilitas tertinggi kedua setelah Anies, dengan selisih tipis, 15,2% berbanding 13,7%. Kemudian survei Pospoll Indonesia pada bulan Mei menyatakan elektabilitas Anies 15,4% dan Ganjar 13,8%.
Oleh sebab itu, sejumlah pihak meyakini akan banyak yang mengincar Ganjar bila PDIP membuangnya.
Pengamat politik Refly Harun bahkan mengajukan proposal terbuka duet Anies dengan Ganjar, karena ia mengklaim pasangan ini memiliki ”nilai jual” tinggi.
”Saya mengajukan proposal. Bagaimana kalau kita jadikan Afgan, bukan penyanyi, tetapi Anies feat Ganjar. Kalau Anies sebagai calon presiden dan Ganjar sebagai calon wakil presiden, maka bisa dibilang ini pasangan yang tidak ada lawan,” ujar Refly dalam video YouTube terbarunya, Minggu (30/5/21), seperti dilansir Sindonews.com.
Refly menilai posisi di antara keduanya memang bisa bertukar tempat, karena bergantung pada perkembangan dinamika ke depan. Ia menjelaskan, jika masih di PDIP, bargaining position Ganjar pun akan kuat.