TIKTAK.ID – Sekretaris Kabinet (Seskab) era Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Dipo Alam mengungkap adanya perseteruan antara Presiden ke-3 RI, BJ Habibie dengan perwira TNI Benny Moerdani. Dipo memaparkan hal itu melalui buku terbarunya, “Dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin: Biografi Seorang Aktivis.”
Dipo mengatakan bahwa cekcok antara Habibie dengan Moerdani bermula pada 1986 silam. Dia menjelaskan, ketika itu, Presiden Soeharto tertarik untuk memperkuat armada Angkatan Udara dengan menghadirkan pesawat tempur jenis fighter.
“Atas keinginan Presiden, Benny yang saat itu menjabat Menhankam/Pangab, mengajukan Mirage 2000, pesawat tempur buatan Prancis, sebagai pilihan untuk TNI AU. Benny pun menyampaikan rencana pembelian Mirage 2000 itu kepada Presiden Soeharto,” ujar Dipo dalam keterangan tertulis, Senin (31/1/22), seperti dilansir CNN Indonesia.
Baca juga : Cak Imin Klaim Didukung Ulama Nyapres Gandeng Anies Baswedan
Dipo melanjutkan, setelah menerima usulan tersebut, Soeharto meminta pertimbangan kepada Habibie yang saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi. Kemudian pakar pesawat terbang tersebut memberikan kajian komprehensif.
Habibie lantas menilai produsen Mirage 2000 pelit mentransfer ilmu mengenai pesawat itu. Untuk itu, Habibie memprediksi Indonesia bakal bergantung pada perusahaan tersebut dalam perawatan. Habibie menerangkan, hal itu akan berdampak pada biaya perawatan yang mahal.
“Gara-gara rencana pembelian Mirage-nya terganjal, Benny bersikap sengit terhadap Habibie. Sebab, selama ini, urusan alutsista memang hanya berporos di tangan Benny dan sejumlah anak buahnya,” terang Dipo.
Baca juga : Bandingkan Era Jokowi-Ahok, Hasto Sebut Anies Hanya Fokus Urusi Jakarta Pusat
Untuk diketahui, buku “Dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin: Biografi Seorang Aktivis” merupakan karya terbaru Dipo Alam. Buku tersebut telah dirilis di Menara Bank Mega, Jakarta, pada Senin (31/1/22).
Buku itu menguak pengalaman Dipo selama berada di dunia politik pemerintahan. Tidak hanya mengenai perseteruan Habibie-Moerdani, buku tersebut pun menceritakan petualangan politik Dipo dari Orde Baru hingga era Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dipo sendiri mengaku menulis biografi tersebut menjadi sebuah terapi bagi dirinya.
Baca juga : Tembok SMA Tawangmangu Jebol Ditendang Ganjar, Kontraktor Diancam ke Kejaksaan
“Bila biografi ini disebut terapi untuk saya, iya, (mendiang) istri saya yang meminta,” ucap Dipo dalam peluncuran buku di Jakarta yang disiarkan secara daring.
Sementara itu, SBY yang turut hadir dalam acara itu menyebut jiwa aktivis Dipo tidak pernah hilang meski menjabat sebagai Sekretaris Kabinet di era kepemimpinannya. Dia juga menganggap Dipo merupakan sosok yang kritis.