TIKTAK.ID – Wali Kota Seoul Park Won-soon ditemukan tewas di Gunung Bungak di utara Seoul pada Jumat (9/7/20), sekitar tengah malam, setelah sehari sebelumnya dilaporkan hilang. Dia ditemukan pada lokasi sinyal teleponnya terakhir terdeteksi, kata Kepolisian Metropolitan Seoul, seperti yang dilaporkan Reuters.
Park dilaporkan hilang oleh putrinya pada Kamis pukul 5 sore. Putrinya bilang teleponnya mati dan Park meninggalkan pesan semacam “surat wasiat”.
Setelah dilakukan pencarian dengan melibatkan ratusan polisi, mayat Wali Kota ditemukan di Gunung Bungak. Polisi tak menyebutkan penyebab kematiannya. Juru Bicara Kepolisian, Choi Ik-soo mengatakan bahwa di lokasi kejadian tak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Namun, masih dibutuhkan penyidikan lebih rinci untuk menjawab penyebab kematiannya.
Kantor berita Yonhap mengatakan seorang mantan sekretaris Park telah mengajukan keluhan pada Rabu lalu atas dugaan insiden pelecehan seksual yang dilakukan Park.
Terkait hal itu, Choi mengatakan penyelidikan sedang dilakukan setelah adanya pengaduan pidana yang diajukan terhadap Park. Dia tak menjelaskan lebih lanjut terkait hal itu.
Sebagai Wali Kota dari kota berpenduduk hampir 10 juta orang, Park adalah salah satu politisi paling berpengaruh di Korea Selatan. Dia juga memainkan peran penting dalam menangani pandemi virus Corona.
Bahkan dia dipandang sebagai calon presiden yang potensial bagi kaum liberal dalam pemilihan presiden 2022.
Jenazahnya ditemukan setelah dilakukan pencarian semalaman selama berjam-jam di salah satu bagian Seoul yang paling bergunung-gunung dan indah.
Pencarian dilakukan dengan mengerahkan ratusan polisi dengan menggunakan drone dan anjing pelacak. Lokasi itu hanya beberapa menit dari jantung Ibu Kota metropolitan.
Park meninggalkan kediaman resmi Wali Kota sekitar pukul 10:40 pagi waktu setempat pada Kamis. Dia mengenakan topi hitam dan ransel, setelah membatalkan pertemuan terkait kebijakan yang dijadwalkan hari itu, tulis beberapa media lokal.
Dia dulunya adalah seorang aktivis dan pengacara bagi hak asasi manusia yang terkemuka. Dia telah menjadi Wali Kota Seoul sejak 2011, mengejar sejumlah kebijakan yang mempromosikan kesetaraan gender.
Sebagai seorang pengacara di tahun 1990-an, dia memenangkan salah satu kasus paling awal di Korea Selatan tentang pelecehan seksual dan sangat membela hak kaum perempuan, yaitu mereka yang dipaksa untuk bekerja di rumah bordil oleh militer Jepang sebelum dan selama Perang Dunia Kedua, ketika Jepang menduduki Korea.
Park juga memuji wanita karena keberanian mereka setelah serangkaian wanita menuduh politisi yang berkuasa dan pembuat kebijakan yang salah terkait seksual di tengah gerakan #MeToo pada 2018.
“Tekad pahlawan individu tidak cukup. Saya pikir kita perlu solidaritas sosial,” katanya, menyerukan dukungan bagi gerakan.
Dia juga memainkan peran vokal dalam demonstrasi cahaya lilin besar yang membantu mendorong tersingkirnya mantan Presiden Park Geun-hye pada 2017.