
TIKTAK.ID – Penjabat Kepala Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Chad Wolf tiba-tiba mengundurkan diri dari posisinya pada Senin (11/1/21) kemarin.
Ia meninggalkan jabatan itu lebih cepat dari jadwal karena negara sedang menghadapi ancaman “terorisme” yang meningkat dari pengunjuk rasa bersenjata yang berusaha untuk membatalkan kemenangan Joe Biden pada pemilihan November lalu.
Dikutip dari Aljazeera, pengumuman yang disampaikan oleh penjabat Sekretaris DHS itu terjadi kurang dari seminggu setelah Wolf berjanji untuk tetap menjabat dan hanya 10 hari sebelum pelantikan Presiden terpilih Joe Biden, dia angkat kaki.
Wolf mengutip tantangan hukum kepemimpinannya sebagai alasan pengunduran dirinya, namun tanda-tanda itu sudah muncul beberapa bulan lalu.
“Selama berbulan-bulan kami mengetahui Chad Wolf telah melayani secara ilegal di posisinya, jadi waktu pengunduran dirinya dari Departemen hari ini patut dipertanyakan,” kata Ketua Komite Keamanan Dalam Negeri DPR, Bennie Thompson.
“Dia telah memilih untuk mengundurkan diri selama masa krisis nasional dan ketika teroris domestik mungkin merencanakan serangan tambahan terhadap Pemerintah kita.”
Wolf, yang telah menjabat sejak November 2019 dan tidak pernah dikonfirmasi oleh Senat, mengatakan dia dipaksa untuk mundur karena “kejadian baru-baru ini”, termasuk putusan pengadilan yang menyatakan bahwa dia tidak dapat memegang posisinya saat ini secara hukum.
Dia tidak merinci peristiwa lain atau mengutip faktor lain.
“Peristiwa dan perhatian ini semakin berfungsi untuk mengalihkan perhatian dan sumber daya dari pekerjaan penting Departemen di masa kritis transisi kekuasaan ini”, katanya dalam pesan tertulis kepada karyawan DHS.
Pengunduran diri itu dilakukan sehari sebelum Trump dijadwalkan mengunjungi tembok perbatasan AS-Meksiko, proyek politik khas Trump, dan yang diawasi oleh DHS.
Pengunduran diri Wolf yang tiba-tiba, diduga juga karena banyak pejabat Kabinet lainnya yang marah karena peran Trump dalam mendorong massa untuk menyerbu Capitol pada 6 Januari atas klaim kecurangan pemilu yang tak berdasar.
Wolf mengutuk serangan kekerasan di Capitol oleh pendukung Trump, ia menyebutnya “tragis dan memuakkan”.
Dia juga mengatakan bahwa dia akan tetap di DHS sampai akhir pemerintahan untuk memastikan transisi yang lancar dan untuk membantu Departemen tetap fokus pada ancaman yang dihadapi bangsa.
Tidak jelas apa yang mendorongnya untuk mengubah keputusannya itu, ketika negara yang bersiap menghadapi potensi kekerasan lebih besar menjelang pelantikan 20 Januari. FBI telah memperingatkan rencana unjuk rasa bersenjata di seluruh 50 Ibu Kota Negara Bagian dan di Washington DC.
Gedung Putih sendiri belum memberikan komentar terkait pengunduran diri Wolf.