
TIKTAK.ID – China mengkritik sanksi keras yang dijatuhkan Washington ke Moskow atas konflik di Ukraina, dengan mengatakan bahwa pembatasan adalah alat yang salah untuk meredakan krisis yang sedang berlangsung.
“Meningkatnya sanksi tidak membantu meringankan situasi, tetapi hanya menciptakan masalah baru bagi dunia di tengah epidemi,” kata Jubir Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian dalam jumpa pers pada Senin (11/4/22), seperti yang dilaporkan Russian Today.
Washington harus mempromosikan perdamaian dengan langkah-langkah praktis, daripada mencoba menggunakan sanksi untuk mempertahankan “posisi hegemoniknya” dan membuat “keuntungan ilegal”, tambahnya.
Zhao juga menegaskan kembali posisi Beijing bahwa konflik antara Kiev dan Moskow harus diselesaikan melalui dialog.
“Kami mendorong kedua belah pihak untuk menjaga momentum negosiasi dan mengupayakan hasil dan perdamaian,” katanya, seraya menambahkan bahwa China bersedia memainkan peran konstruktif dalam proses ini.
Konflik Ukraina sebagian besar telah menyingkirkan virus Corona dari berita utama media di seluruh dunia dalam beberapa pekan terakhir. Namun tetap menjadi masalah mendesak di China karena negara itu, yang telah mampu secara efektif menahan penyebaran Covid-19 selama sebagian besar pandemi, saat ini mengalami rekor lonjakan infeksi.
Sejak dimulainya serangan Moskow di Ukraina, Beijing telah menolak untuk mengutuk operasi militer Rusia atau menjatuhkan sanksi terhadap negara itu, meskipun ada tekanan dari AS dan sekutunya.
Dalam komentarnya pada awal April, Zhao melabeli Washington sebagai “pelaku dan penghasut utama krisis Ukraina” karena desakannya yang keras kepala untuk memperluas NATO ke perbatasan Rusia, yang dipandang sebagai ancaman keamanan nasional oleh Moskow.
Rusia menyerang tetangganya pada akhir Februari, menyusul kegagalan Ukraina untuk mengimplementasikan ketentuan perjanjian Minsk yang ditandatangani pada 2014, dan akhirnya pengakuan Rusia atas Republik Donbass di Donetsk dan Luhansk. Protokol yang diperantarai Jerman dan Prancis itu telah dirancang untuk mengatur status wilayah-wilayah tersebut di dalam negara Ukraina.
Rusia kini menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. Sedangkan Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali wilayah yang memisahkan diri dengan paksa.