
TIKTAK.ID – Kementerian Luar Negeri China menyampaikan teguran keras terhadap praktik intelijen Amerika Serikat, setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel menuntut jawaban soal laporan bahwa Washington menggunakan intelijen Denmark untuk memata-matai para pemimpin sekutunya.
Dilansir RTnews, Jubir Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin pada Kamis (3/6/21) mengklaim bahwa AS adalah pencuri rahasia nomor satu di dunia dan dengan senang hati mengintai sekutunya menggunakan spektrum teknik yang luas.
Wang melanjutkan bahwa, laporan media baru-baru ini tentang pemantauan AS terhadap sekutu Eropanya hanyalah puncak gunung es dari jaringan kerahasiaan global besar Washington. Ia juga menambahkan bahwa masyarakat internasional perlu meminta pertanggungjawaban Amerika.
Ia mengklaim bahwa apa yang disebut “jaringan bersih”, sebuah platform yang diusulkan oleh Pemerintahan Trump yang dimaksudkan untuk melindungi dari intrusi agresif oleh aktor-aktor jahat, hanyalah tipu muslihat untuk mengonsolidasikan monopoli AS atas teknologi.
Juru bicara itu mengatakan bahwa sementara AS telah melakukan operasi rahasia, menguping dunia, termasuk sekutunya, AS juga secara tidak masuk akal menekan negara dan entitas komersial lain dengan alasan yang disebut sebagai “keamanan nasional”.
“Ini sepenuhnya mengekspos kemunafikan AS,” katanya.
Pada Senin kemarin, Macron dan Merkel meminta Washington untuk memberikan penjelasan atas laporan bahwa AS telah mematai-matai sekutunya dengan bantuan Denmark.
“Ini tidak dapat diterima di antara sekutu,” kata Macron pada konferensi pers. “Tidak ada ruang untuk kecurigaan di antara kami.”
Badan Keamanan Nasional AS (NSA) dilaporkan menggunakan Badan Intelijen Pertahanan Denmark untuk memata-matai pejabat senior Prancis, Jerman, Norwegia, dan Swedia dari 2012 hingga 2014. Klaim tersebut dibuat oleh penyiar radio Danmarks, Denmark, setelah dilakukan penyelidikan internal oleh Badan Intelijen Pertahanan Denmark.
Berbicara kepada outlet media lokal Ritzau, Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen mengklaim bahwa, terlepas ada kekhawatiran di antara para sekutu Denmark di Eropa, ia menyarankan untuk memulihkan hubungan dengan Prancis dan Jerman.
“Dialog sedang berlangsung antarnegara bagian,” ujar Frederiksen.
Sementara, Gedung Putih tidak membantah laporan mata-mata itu, namun mereka berusaha memperbaiki hubungan dengan sekutu-sekutunya. Gedung Putih menawarkan kerja sama dengan sekutunya, termasuk negara-negara yang dilaporkan dimata-matai, serta meyakinkan mereka dan menjawab pertanyaan apa pun yang mungkin mereka miliki mengenai masalah keamanan.
Ini bukan pertama kalinya AS dituduh memata-matai para politisi Eropa. Pada 2013, whistleblower dan mantan kontraktor NSA Edward, Snowden mengaku bahwa NSA telah menyadap telepon Merkel.