TIKTAK.ID – Sudirman, korban selamat serangan bom di Kedubes Australia, Jakarta pada 2004 silam, saat ini masih berjuang menjalani hidup dengan luka yang tak berkesudahan. Tangan Sudirman nyaris hancur, dan mata kirinya buta, sehingga harus diganti dengan bola mata palsu. Bahkan hingga kini dia meminum obat karena gangguan syaraf di kepala.
“Jujur jika saya mendengarkan cerita korban atau bercerita kembali soal masa-masa dulu luar biasa berat buat saya,” ujar Sudirman parau, Kamis (9/12/21), seperti dilansir CNN Indonesia.
Sudirman sendiri merantau dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) ke Jakarta pada awal 2002. Dia mengatakan bermimpi dapat memperbaiki nasib orang tua dengan bekerja di Ibu Kota. Sudirman sempat bekerja menjadi Satpam di kawasan Serang. Kemudian dia mendaftar di perusahaan outsourcing dan ditempatkan di Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta Selatan.
Baca juga : Jokowi Dilempar Gulungan Kertas Saat Kunjungi Korban Erupsi Gunung Semeru
Saat peristiwa bom tersebut, Sudirman hadir dalam forum diskusi yang digelar oleh Aliansi Indonesia Damai (AIDA) di Hotel Sari Pacific, Jakarta Pusat. Sudirman tengah berjaga beberapa meter dari gerbang utama Kedubes Australia. Tiba-tiba sebuah bom meledak, dan tubuhnya terlempar.
Suatu ketika, AIDA sempat mengajak Sudirman untuk menemui mantan instruktur perakit bom dari jaringan JI, Ali Fauzi di Klaten pada 2013. Ali adalah adik teroris bom Bali, Amrozi dan Ali Imron.
Tidak hanya Sudirman, AIDA turut mempertemukan korban Bom Bali dan Bom Hotel JW Marriot dan Ritz-Carlton dengan alumni kamp teroris di Moro Islamic Liberation Front (MILF), Filipina.
Baca juga : Dorong Investasi di Sektor Hilir, Jokowi: ‘Goal’-nya Lapangan Kerja Seluas-luasnya
“Ketika kami bertemu dengan Pak Ali Fauzi, saya dan teman-teman yang lain dari Bali, dari Marriot begitu marah dan benci. Mengapa kami diperlakukan seperti ini? Apa dosa kami? Itu menjadi pertanyaan kami yang waktu itu. Kami tidak siap untuk bertemu dan berdiskusi,” ungkap Sudirman.
Akan tetapi, dalam pendampingan AIDA, Sudirman dan penyintas serangan bom di Indonesia berbincang dengan Ali dan bertukar cerita. Mereka lantas saling memaafkan dan siap bekerja sama dalam mencegah aksi-aksi terorisme.
“Satu harapan kami, agar tidak ada lagi korban-korban selanjutnya ke depan. Kami tidak ingin lagi anak-anak kami, saudara-saudara kami menjadi korban,” ucap Sudirman.