TIKTAK.ID – Presiden Brasil, Jair Bolsonaro menyebut karantina yang dilakukan banyak negara di dunia untuk menghadapi wabah Covid-19 pada gelombang kedua sebagai tindakan “gila”.
Bolsonaro yang sempat dirawat karena infeksi Covid-19, masih tetap pada pendiriannya bahwa dampak ekonomi dari wabah ini lebih besar daripada bahaya virus itu sendiri terhadap manusia.
Presiden yang juga sempat dirawat karena menderita Covid-19 ini kembali melancarkan serangannya atas tindakan karantina pada Kamis (29/10/20).
Dilansir dari RTnews, langkah-langkah yang diambil banyak negara di seluruh dunia setelah diterpa gelombang kedua pandemi tidak lain adalah “gila”, kata Bolsonaro, ketika dia menolak untuk mendanai uji klinis vaksin virus Corona buatan China di negara bagian Sao Paulo.
“Gubernur Sao Paulo [Joao Doria] yang terhormat, saya tahu Anda bersemangat. Anda tahu ini tetapi tidak ada yang akan menerima vaksin secara paksa, itu akan sulit,” kata Bolsonaro, menambahkan bahwa dia “tidak akan membeli vaksin Anda”.
Awal bulan ini, Joao Doria, Gubernur Negara Bagian Brasil terpadat dan penentang Bolsonaro, berjanji bahwa vaksinasi Covid-19 akan diwajibkan bagi penduduknya. Bolsonaro mengatakan pada saat itu bahwa Kementerian Kesehatan akan memberikan vaksinasi “tanpa mewajibkan”, dengan alasan bahwa menurut Undang-Undang, vaksin itu terserah pada Pemerintah Federal untuk memutuskan apakah akan mewajibkan vaksinasi atau tidak.
Selama pandemi, Presiden Brasil telah berulang kali berselisih dengan menterinya, otoritas kesehatan dan negara saat ia menganjurkan pendekatan laissez-faire untuk mengatasi krisis. Namun, para kritikus menganggap Bolsonaro meremehkan dampak dan tingginya tingkat pandemi di negara itu.
Bolsonaro sendiri telah terjangkit Covid-19 dan berhasil pulih dari penyakit tersebut pada Juli lalu. Dia secara terbuka menentang aturan anti-virus Corona, bahkan dia tampil di depan umum tanpa menggunakan masker dan bersosialisasi dengan pendukungnya tanpa mempedulikan jarak sosial.
Brasil sendiri merupakan negara yang terkena dampak terburuk ketiga di dunia -setelah AS dan India- dengan hampir 5,5 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan hampir 160.000 orang meninggal dunia akibat Covid-19.