TIKTAK.ID – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan bahwa pergerakan kelompok terorisme di tengah pandemi Covid-19 kian marak dengan internet.
BNPT mendapati kelompok teroris kian mengoptimalkan aktivitas propaganda, perekrutan termasuk pendanaan secara online.
“Selama pandemi Covid-19 yang merupakan ancaman keamanan dan ketertiban dunia tidak serta merta menghilang. Justru menciptakan tantangan baru misalnya lewat aktivitas teroris di dunia maya yang semakin massif,” jelas Kepala BNPT, Boy Rafli Amar sebagaimana dilansir CNNIndonesia, Kamis (1/7/21).
Baca juga : Siti Fadilah: Vaksinasi Berjalan, Angka Kematian Covid Kok Bertambah?
Dia menyatakan bahwa internet sebagai perantara yang memperlancar jaringan teroris memberikan doktrin bagi generasi muda serta mendukung ideologi mereka. Upaya itu, lantas berujung dengan melakukan tindakan teror.
Metode semacam itu sebagaimana yang berlangsung dalam kasus penyerangan Markas Besar (Mabes) Polri pada 31 Maret 2021 lalu yang diduga terdoktrin ajaran radikalisme ISIS melalui internet.
Menurutnya, internet turut jadi satu di antara cara pendanaan mendukung tindakan terorisme. Data BNPT memperoleh temuan adanya kenaikan 101 persen transaksi keuangan mencurigakan di tengah masa pandemi.
Baca juga : 6 Tokoh ini Disebut King Maker Pilpres 2024, Siapa Saja?
“Terdapat aktivitas crowd-funding dalam pendanaan aktivitas teroris. Ini juga jadi ancaman baru di masa pandemi,” sebutnya.
Terakhir, Boy menjelaskan bahwa selama pandemi Covid-19 masih ada warga negara Indonesia (WNI) yang jadi teroris asing (di luar negeri) atau Foreign Terorist Fighters (FTF).
BNPT mengestimasikan, masih terdapat sekitar 600 sampai 700 WNI yang berada di sejumlah kamp Suriah. Sebagian besar dari mereka, jelasnya, merupakan wanita dan anak-anak.
Baca juga : Pertemuan Khusus Prabowo dan Bos WHO di Jenewa, Apa Saja Agendanya?
Halaman selanjutnya…