TIKTAK.ID – Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden memperingatkan bahwa “serangan” siber yang baru-baru ini terungkap pada sejumlah instansi Pemerintah telah membahayakan keamanan nasional AS dan akan “merespons” begitu dia dilantik menjadi presiden.
“Serangan ini merupakan risiko besar bagi keamanan nasional kami,” kata Biden pada konferensi pers di Wilmington, Delaware, Selasa (22/12/20).
Dalam konferensi pers itu, dia juga menyalahkan Presiden Donald Trump karena “meremehkan” keseriusan peretasan dan gagal menghubungkannya dengan Rusia, seperti yang dilansir dari Aljazeera.
“Serangan ini terjadi pada pengawasan Donald Trump ketika dia lengah,” kata Biden.
Pejabat AS menuding peretas Rusia atas serangan siber itu dan khawatir AS mungkin telah kecolongan rahasia pentingnya, dan muncul kekhawatiran juga akan serangan siber di masa depan yang dapat mematikan jaringan komputer utama dan sistem senjata.
Presiden Rusia, Vladimir Putin membantah keterlibatan Rusia dalam serangan siber itu.
Pembobolan data, dilaporkan telah menyusup ke lebih dari 40 agen Federal dan tidak terdeteksi selama berbulan-bulan. Kasus ini pertama kali dilaporkan oleh kantor berita Reuters dan surat kabar The Washington Post pada 13 Desember lalu.
Biden menyebut serangan siber itu “direncanakan dengan hati-hati dan diatur dengan hati-hati … menggunakan cybertools canggih” dan membuat AS “lengah dan tidak siap”.
Sementara Badan intelijen AS sedang berjuang untuk menentukan seberapa parah kerusakan dan telah meminta dana ke Kongres untuk mengatasi masalah tersebut.
“Kami tidak bisa membiarkan ini tidak terjawab,” kata Biden. “Itu berarti memperjelas dan secara terbuka menemukan siapa yang bertanggung jawab atas serangan itu dan mengambil langkah-langkah yang berarti untuk meminta pertanggungjawaban mereka.”
Biden, yang akan menjabat pada 20 Januari, mengatakan dia akan “membebankan biaya” pada mereka yang melakukan spionase dunia maya begitu keputusan resmi Pemerintah AS tercapai dan mengatakan dia berharap ada dukungan bipartisan di Kongres AS untuk setiap tindakan yang mungkin akan diambilnya.
“Ini harus menjadi peringatan bagi musuh kita,” katanya.
Trump selama ini hanya fokus kepada klaimnya yang tidak berdasar atas terjadinya kecurangan yang meluas dalam pemilihan pada November, men-tweet pada 19 Desember bahwa peretasan itu tak seburuk seperti apa yang dilaporkan oleh media dan berkata, “semuanya terkendali dengan baik”.
Trump kemudian menuding bahwa peretas dari China, bukan Rusia, mungkin berada di balik serangan siber ke AS.
Sedangkan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo sebelumnya mengatakan dalam sebuah wawancara di program radio bincang-bincang konservatif bahwa “kami dapat mengatakan dengan cukup jelas bahwa Rusia-lah yang terlibat dalam kegiatan ini”.