
TIKTAK.ID – Donald Trump meremehkan serangan siber berdampak luas pada instansi Pemerintah Amerika Serikat pada minggu ini yang digambarkan sebagai salah satu serangan siber yang terburuk dalam sejarah negara itu, dengan mengatakan “semuanya terkendali dengan baik”.
Dilansir Al Jazeera pada Sabtu pagi, Trump men-tweet bahwa pelanggaran keamanan besar-besaran, yang memengaruhi sistem komputer beberapa Departemen Pemerintah AS, diberitakan “jauh lebih besar” oleh media dari yang sebenarnya.
“Peretasan Cyber jauh lebih hebat di Media Berita Palsu daripada di dunia nyata. Saya telah diberi pengarahan penuh dan semuanya terkendali dengan baik,” komentar pertama Trump sejak pejabat AS pertama kali melaporkan peretasan tersebut.
Presiden AS juga mengatakan menuding Rusia sebagai dalang merupakan tindakan yang tidak adil. Pernyataannya itu bertentangan dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, yang mengatakan pada Jumat kemarin bahwa Moskow berada di balik serangan keamanan siber itu.
“Rusia, Rusia, Rusia adalah nyanyian prioritas ketika sesuatu terjadi karena kelemahan media, yang sebagian besar alasan keuangan, ketakutan untuk membahas kemungkinan bahwa pelakunya itu mungkin China (mungkin!)”, cuitnya.
Microsoft mengatakan pada Kamis kemarin bahwa mereka telah mengidentifikasi 40 Lembaga Pemerintah, kelompok nirlaba, kontraktor Pemerintah dan perusahaan IT yang telah diretas, dan mengatakan 80 persen dari mereka berada di AS.
“Ini bukan ‘spionase seperti biasa’, bahkan di era digital. Sebaliknya, ini merupakan tindakan sembrono yang menciptakan kerentanan teknologi yang serius bagi Amerika Serikat dan dunia,” kata Microsoft.
Mereka terinfeksi dari Maret hingga Juni oleh kode berbahaya yang didukung perangkat lunak manajemen jaringan populer dari perusahaan Austin, Texas, bernama SolarWinds, tulis kantor berita The Associated Press.
Para ahli mengatakan dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengusir peretas dari jaringan Pemerintah AS.
Departemen Keuangan, Perdagangan, dan Energi termasuk di antara Departemen Pemerintah AS yang diretas, dan Badan Keamanan Siber AS, bagian dari Departemen Keamanan Dalam Negeri yang turut diretas, memperingatkan bahwa peretasan tersebut menimbulkan “risiko besar” bagi Pemerintah AS.
Masih belum jelas siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas serangan siber itu, tetapi para pejabat intelijen telah menuding Rusia, namun tudingan tersebut telah dibantah oleh Moskow.