TIKTAK.ID – Para pejabat Irak dan Amerika Serikat menegaskan komitmen mereka terhadap pengurangan pasukan Amerika di Irak. Pernyataan bersama dari kedua negara itu disampaikan, ketika para pejabat membahas hubungan Washington di masa depan dengan Baghdad.
“Selama beberapa bulan mendatang, Amerika akan terus mengurangi pasukannya dari Irak dan mendiskusikan dengan Pemerintah Irak status pasukan yang tersisa,” bunyi pernyataan itu, yang diterbitkan pada Kamis kemarin, seperti yang dikutip Reuters.
Sementara itu Perdana Menteri Irak, Mustafa Al-Kazemi mengatakan bahwa “penarikan pasukan Amerika dari Irak telah dikonfirmasi kepada semua yang hadir.”
Dia mengonfirmasi kepada Kantor Berita resmi Irak bahwa “dialog strategis antara kedua negara itu sejalan dengan keputusan Parlemen untuk menarik pasukan Amerika”, tulis Anadolu Agency.
Sejak 2014, misi utama pasukan Amerika yang dikerahkan di Irak adalah untuk mengalahkan kelompok militan Negara Islam Suriah dan Syam. Para pejabat di koalisi yang dipimpin Amerika mengatakan bahwa pasukan Irak sekarang sebagian besar sudah mampu menangani pemberontak mereka sendiri.
Pelatih militer Barat diperkirakan masih akan tetap di Irak, namun tidak jelas berapa jumlahnya. Amerika Serikat memiliki sekitar 5.000 tentara yang ditempatkan di negara itu, dan sekutu koalisi lainnya sebanyak 2.500 tentara.
Sebuah berita sebelumnya muncul di kantor berita Irak yang mengutip Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi mengatakan akan ada penarikan total pasukan Amerika dari Irak. Namun beberapa waktu kemudian artikel itu dihapus.
Parlemen Irak telah memutuskan bahwa pada awal tahun ini merupakan dimulainya penarikan pasukan asing dari Irak. Pasukan Amerika Serikat dan koalisi lainnya sebagian telah pergi sebagai bagian dari keputusan penarikan itu.
Pernyataan bersama kedua negara mengatakan Washington akan membahas dengan Pemerintah Irak status pasukan yang tersisa, menekankan pihaknya tidak berniat untuk membangun pangkalan militer permanen atau kehadiran militer permanen di Irak.
Penasihat ekonomi Amerika mungkin juga ditempatkan untuk membantu Irak yang saat ini sedang berupaya mereformasi ekonominya. Runtuhnya perekonomian akibat pandemi Covid-19 dan harga minyak global yang rendah telah menghantam keras ekonomi rakyat Irak. Sebab pendapatan Irak hampir sebagian besar memang didapat dari ekspor minyak.