
TIKTAK.ID – Kementerian Luar Negeri China mengatakan pada Senin (28/12/20), bahwa Amerika Serikat harus berhenti menggunakan masalah Hongkong untuk mencampuri urusan dalam negeri China.
Hal itu disampaikan Kementerian setelah sebelumnya Kedutaan Besar Amerika di China mengeluarkan pernyataan yang mendesak pihak berwenang China untuk “segera membebaskan 12 buronan” Hongkong yang berusaha melarikan diri ke Taiwan, seperti yang dilansir Sputniknews.
“Yang mereka sebut ‘kejahatan’ adalah melarikan diri dari tirani. Komunis China tidak akan berhenti untuk mencegah rakyatnya mencari kebebasan di tempat lain,” kata pernyataan Kedutaan AS.
Kedua belas buronan itu kini dalam tahanan dan menunggu persidangan atas upaya mereka melarikan diri dari Hongkong.
Jubir Kementerian, Zhao Lijian mengatakan kepada pers bahwa pernyataan AS “mengabaikan fakta”.
Dua belas aktivis demokrasi Hong Kong itu ditahan pada Agustus lalu setelah Pemerintah China menahan mereka di perbatasan di atas perahu ilegal. Mereka kini sedang menunggu sidang pengadilan di selatan kota Shenzhen.
Beberapa di antara mereka bisa dituntut hukuman penjara hingga tujuh tahun karena mencoba melarikan diri dan gagal.
Seorang Jubir Kedutaan Besar AS di China baru-baru ini meminta Beijing untuk “segera membebaskan” para aktivis, dengan mengatakan satu-satunya kejahatan mereka adalah “melarikan diri dari tirani”.
Pada akhir Juni lalu, Beijing mengadopsi undang-undang yang melarang aktivitas separatis dan teroris di Hongkong serta segala jenis campur tangan pihak luar. Sementara para penentang hukum baik di Hong Kong maupun di luar negeri melihat aturan itu sebagai pelanggaran kebebasan.
Beijing telah menekankan bahwa aturan keamanan yang baru itu bertujuan untuk menghukum kegiatan ilegal tanpa melanggar hak-hak penduduk setempat.
Ketika persidangan tingkat tinggi terhadap 10 dari 12 buronan Hongkong itu dilaksanakan di negara tetangga Shenzhen dimulai pada Senin sore, para diplomat dari berbagai negara Barat berkumpul di luar gedung pengadilan, sementara Kedubes AS di Beijing menyerukan pembebasan mereka segera.
Para diplomat dari Inggris, AS, Australia, Prancis, Jerman, Belanda, Portugal, dan Kanada terlihat berdiri di luar pintu masuk Pengadilan Rakyat Yantian tepat saat persidangan akan berlangsung pada pukul 14.30 waktu setempat. Mereka tidak diizinkan untuk masuk.