TIKTAK.ID – Delegasi China untuk PBB mengatakan kepada Dewan Keamanan pada Jumat (18/3/22) bahwa pengungkapan dokumen Rusia terkait dengan laboratorium biologi AS di Ukraina patut mendapat perhatian dunia, dan pihak-pihak yang terlibat perlu menangani persoalan tersebut.
Setelah menjadi korban senjata kimia dan biologi, China percaya bahwa “setiap informasi dan petunjuk tentang kegiatan militer biologis harus memicu peningkatan perhatian dan perhatian masyarakat internasional untuk menghindari bahaya yang tidak dapat diperbaiki,” kata Duta Besar Zhang Jun, seperti dilansir RT.
“Rusia telah mengungkapkan lebih lanjut dokumen relevan yang baru ditemukan. Pihak terkait (AS) harus menanggapi pertanyaan, dan memberikan klarifikasi tepat waktu dan komprehensif untuk menghilangkan keraguan masyarakat internasional,” tambah Zhang.
“Kami tidak menganggapnya terlalu banyak untuk ditanyakan. Dan, dalam masalah ini, tidak ada standar ganda yang harus diterapkan.”
Pengarahan DK PBB pada Jumat kemarin dilakukan oleh Rusia, yang membagikan bukti yang diperoleh dari laboratorium di seluruh Ukraina. Perwakilan tetap Moskow untuk PBB, Vasily Nebenzia, berpendapat bahwa jika patogen berbahaya yang sedang dikerjakan laboratorium itu bocor, dampaknya terhadap Eropa akan “sulit dibayangkan” dan bisa lebih buruk daripada pandemi Covid-19.
Menurut briefing oleh militer Rusia pada Kamis lalu, laboratorium yang didanai Pentagon itu sedang mengerjakan “komponen senjata biologis” dan mungkin telah terhubung dengan wabah dirofilariasis, tuberkulosis, dan flu burung yang mencurigakan selama beberapa tahun terakhir.
Jika patogen telah keluar dari laboratorium, Nebenzia mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB, “skala dampaknya, termasuk di antara populasi negara-negara Eropa, dalam hal ini bahkan sulit dibayangkan. Ada kemungkinan bahkan epidemi virus Corona bisa pucat [dibandingkan] dengan ini.”
Washington selama bertahun-tahun menolak klaim Rusia tentang biolab di Ukraina sebagai “disinformasi”, dan mengatakan AS hanya mendanai penelitian medis damai di sana.
Awal bulan ini, bagaimanapun, pejabat senior Departemen Luar Negeri Victoria Nuland mengakui bahwa AS khawatir tentang kemungkinan Rusia mengambil alih laboratorium dan isinya.
Sementara itu, Perwakilan Tinggi PBB untuk Urusan Perlucutan Senjata, Izumi Nakamitsu mengatakan bahwa organisasi dunia itu tidak memiliki wewenang maupun kemampuan untuk memverifikasi data yang diberikan oleh Rusia tentang dugaan program biologi militer AS di Ukraina.