TIKTAK.ID – Pemerintah China membantah tuduhan bertanggung jawab atas serangan siber terhadap negara-negara Barat yang dilontarkan oleh Amerika Serikat dan sekutu dekatnya, dengan tuduhan melakukan kampanye spionase siber global.
Negara Barat Sekutu AS pada Senin (19/7/21) menuduh Beijing telah menjadi dalang di balik serangkaian ransomware berbahaya, pencurian data, dan serangan spionase siber terhadap entitas publik dan swasta, termasuk peretasan yang meluas pada Microsoft Exchange, server email teratas untuk perusahaan di seluruh dunia, pada Maret lalu, seperti yang dilansir Al Jazeera.
Secara terpisah, Departemen Kehakiman AS mengatakan telah mendakwa empat warga negara China dengan tuduhan meretas komputer lusinan perusahaan, universitas, dan Badan Pemerintah di AS dan luar negeri antara 2011 dan 2018.
Namun, pada Selasa (20/7/21) China membalas dengan menyebut tuduhan kampanye serangan siber yang didukung Beijing adalah suatu yang “dibuat-buat” dan menuntut Washington membatalkan tuduhan terhadap empat warga negara China.
“Amerika Serikat bersekongkol dengan sekutunya untuk membuat tuduhan yang tidak beralasan terhadap keamanan siber China,” kata Jubir Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian kepada wartawan di Beijing. “Ini murni noda dan penindasan dengan motif politik.”
“China tidak akan pernah menerima ini,” kata Zhao, meskipun dia tidak memberikan indikasi kemungkinan pembalasannya.
Bahkan Zhao menuduh balik AS Central Intelligence Agency (CIA) melakukan serangan peretasan terhadap fasilitas penelitian kedirgantaraan China, industri minyak, perusahaan internet, dan Lembaga Pemerintah selama 11 tahun.
Serangan-serangan itu “sangat membahayakan” keamanan nasional dan ekonomi, kata Zhao.
“China sekali lagi sangat menuntut agar Amerika Serikat dan sekutunya menghentikan pencurian dan serangan siber terhadap China, berhenti melemparkan lumpur ke China pada masalah keamanan siber dan menarik apa yang disebut penuntutan,” katanya. “China akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk secara tegas menjaga keamanan dan kepentingan siber China.”
Sebelumnya, misi diplomatik China di seluruh dunia telah mengeluarkan bantahan, dengan Kedutaan China di Selandia Baru menyebut tuduhan itu “sama sekali tidak berdasar dan tidak bertanggung jawab”.
Para diplomat China secara global bersatu dalam mengatakan bahwa tak ada bukti yang berkaitan dengan keterlibatan China dalam peretasan, sementara juga menyebut tuduhan AS “munafik” dan menuduh Washington adalah sumber utama peretasan secara global.
Untuk menekan Beijing, Amerika Serikat mengoordinasikan pernyataannya pada Senin kemarin dengan sekutunya -Uni Eropa, Inggris, Australia, Kanada, Selandia Baru, Jepang, dan NATO.
NATO mengatakan para anggotanya “mengakui” tuduhan yang ditujukan terhadap Beijing oleh AS, Kanada, dan Inggris. Uni Eropa mengatakan pihaknya mendesak pejabat China untuk mengendalikan “aktivitas siber berbahaya yang dilakukan dari wilayahnya” –sebuah pernyataan yang membuka kemungkinan bahwa Pemerintah China sendiri tidak bersalah dalam serangan spionase siber global.
Sementara AS jauh lebih spesifik, dengan secara resmi menghubungkan intrusi seperti yang memengaruhi server yang menjalankan Microsoft Exchange awal tahun ini dengan peretas yang berafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara China, sebagaimana Microsoft juga menuding China.