
TIKTAK.ID – Aksi penyerangan terhadap pendakwah Syekh Ali Jaber mendapat perhatian dari berbagai pihak, karena penyerangan terhadap seorang seorang ulama dan ustaz sudah cukup sering terjadi. Namun menariknya, pelaku penyerangan terhadap ustaz selalu dikaitkan dengan masalah gangguan jiwa.
Tidak hanya itu, penyerangan juga acap kali dikaitkan dengan masalah perbedaan politik hingga mazhab. Dalam peristiwa itu, Syekh Ali Jaber pun menolak jika peristiwa penyerangannya dikaitkan dengan masalah perbedaan politik maupun mazhab keagamaan.
Syekh Ali Jaber kemudian mengklaim bahwa selama 12 tahun berdakwah di Indonesia, dirinya tidak pernah menyinggung masalah khilafiyah. Ia juga mengaku tidak pernah mendapat celaan di media sosial.
Baca juga : Aktivis Media Don Adam Sebut Ferdinand Hutahaean ‘Pengurus Partai Demokrat Terbodoh yang Pernah Ada’
Syekh Ali Jaber mengungkapkan hal itu melalui tayangan talksow TVOne, untuk meluruskan opini yang tengah dibangun Haikal Hassan.
Dalam tayangan itu, alumni 212 Haikal Hassan Baras menyampaikan keanehan yang terjadi karena orang gila bisa dengan meyakinkan memilih sasarannya, yakni seorang ustaz. Ia mengatakan dalam berbagai peristiwa, orang gila tersebut cuma menyerang satu orang yakni ustaz, dan tidak menyerang membabi buta sebagaimana orang tidak waras pada biasanya. Oleh sebab itu, ia menyebut wajar jika diduga ada orang yang menggerakkan orang tersebut.
Lebih lanjut, Haikal menyatakan bahwa orang-orang jahat itu tidak cuma menggerakkan orang gila. Melainkan juga ikut menggerakkan warganet untuk mencaci-maki para ulama yang berseberangan dengan Pemerintah.
Baca juga : Tiru Airlangga Sudutkan Anies, Rocky Gerung Sebut Ridwan Kamil dan Bima Arya Ikut ‘Orkestrasi ala Preman’
“Jangan hanya melihat orang gila, tapi media sosial lebih keras, warganet mencela dan mencaci-maki hababib. Kita tahu, Syekh Ali Jaber adalah aktivis pendakwah yang sangat istiqomah, bahkan ikut serta dalam (aksi) 411, 212 dan juga menjadi salah satu korban,” ucap Haikal.
Mendengar perkataan Haikal itu, Syekh Ali Jaber pun meluruskan.
“Alhamdulillah, selama 12 tahun berdakwah di sosmed hubungan saya baik dengan tokoh mana pun. Saya selalu menjaga perasaan umat dan memimpin umat menjaga kedamaian. Bahkan sekarang ditugaskan di Pilkada serentak, ke daerah konflik untuk mendamaikan umat. Saya juga dikirim ke Sumbawa, Bima, Lombok, Pontianak hingga Kalimantan,” terang Syekh Ali Jaber.
Baca juga : Benarkan MUI Hanya LSM, Ngabalin: Pengurus yang Main Politik dan Hujat Pemerintah Keluar Saja dari Sana
Syekh Ali Jaber juga membantah bahwa ceramahnya mengandung tema-tema kekerasan yang membahayakan. Ia juga memaparkan tidak pernah mengangkat masalah khilafiyah dan perbedaan, melainkan mengangkat kebersatuan dan memuliakan sesama.
“Dalam dua belas tahun ini, saya banyak menghadiri undangan tablig akbar di daerah-daerah, khususnya Polda. Jadi jangan adu-domba, saya tidak mau dikaitkan dengan 212 dan aksi politk mana pun. Yang terjadi terhadap saya jangan disamakan dengan tokoh-tokoh agama lain. Saya pastikan dia (pelaku) bukan gangguan jiwa, karena dia berani dan berlatih, serta punya kekuatan dan tusukan cukup dalam,” tegas Syekh Ali Jaber.